Senin 31 Aug 2020 10:07 WIB

AS: Negara Arab Lain Bisa Normalisasi dengan Israel

AS berharap negara Arab lain mengikuti jejak UEA menormalisasi hubungan dengan Israel

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
 Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memberikan pernyataan di Bandara Internasional Ben Gurion, di Lod, dekat Tel Aviv, Israel, 17 Agustus 2020. Maskapai Israel akan terbang perdana ke UEA pada Senin.
Foto: EPA
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memberikan pernyataan di Bandara Internasional Ben Gurion, di Lod, dekat Tel Aviv, Israel, 17 Agustus 2020. Maskapai Israel akan terbang perdana ke UEA pada Senin.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Penasihat keamanan Presiden Amerika Serikat (AS) memprediksi bahwa lebih banyak negara Arab dan Muslim akan mengikuti jejak Uni Emirat Arab (UEA) dalam menormalisasi hubungan dengan Israel. UEA dan Israel telah mengumumkan akan menjalin hubungan resmi di bawah kesepakatan yang ditengahi Washington pada 13 Agustus lalu.

Pejabat Gedung Putih, Robert O'Brien, dan menantu Trump, serta penasihat senior Jared Kushner bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Yerusalem. Mereka bertemu pada malam sebelum pembicaraan di Abu Dhabi yang direncanakan Senin (31/8) untuk menyelesaikan hubungan formal Israel dan UEA.

Baca Juga

Langkah diplomatik Israel dan UEA membentuk kembali tatanan Timur Tengah, dari masalah Palestina hingga hubungan dengan Iran. "Kami percaya bahwa negara Arab dan Muslim lainnya akan segera mengikuti jejak UEA dan menormalkan hubungan dengan Israel," kata O'Brien kepada wartawan setelah pembicaraan di kediaman Netanyahu.

Namun dia tidak menyebutkan nama negara bagian Arab itu meski pejabat Israel telah secara terbuka menyebut Oman, Bahrain, dan Sudan. Warga Palestina mengutuk langkah UEA. Mereka menyebutnya sebagai pengabaian kebijakan yang menghubungkan hubungan resmi dengan Israel untuk pencapaian status kenegaraan Palestina di wilayah yang direbut oleh Israel dalam perang tahun 1967.

Pemerintahan Trump telah mencoba membujuk negara-negara Arab Sunni lainnya yang memiliki keprihatinan yang sama dengan Israel tentang Iran untuk bergabung dalam dorongan perdamaian regional. Kushner, berbicara bersama Netanyahu dan O'Brien, mengatakan kesepakatan UEA adalah langkah maju besar ke arah itu.

"Telah memainkan peran dalam penciptaannya dan saya mengatakan ini sebagai cucu dari dua orang yang selamat dari Holocaust, itu lebih berarti bagi saya dan keluarga saya yang dapat saya ungkapkan," kata Kushner.

Kushner, O'Brien, dan pejabat AS lainnya akan bergabung dengan delegasi Israel pada Senin ini dalam penerbangan pertama oleh maskapai penerbangan komersial Israel El Al (ELAL.TA) ke UEA. Berbicara di radio publik Kan Israel pada Ahad kemarin, Menteri Kerja Sama Regional Israel Ofir Akunis mengatakan Israel berharap untuk mengadakan upacara penandatanganan di Washington untuk kesepakatan UEA pada pertengahan September.

Di Tepi Barat yang diduduki Israel, Hanan Ashrawi, anggota komite eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina mengatakan Kushner dan timnya berusaha keras meyakinkan sebanyak mungkin pemimpin Arab dan Muslim untuk menghadiri acara penandatanganan Gedung Putih dan memberikan Trump dorongan menjelang pemilihan presiden AS 3 November.

"Mereka akan menjadi penyangga dengan latar belakang tontonan yang tidak berarti untuk kesepakatan konyol yang tidak akan membawa perdamaian ke wilayah tersebut," kata Ashrawi.

Pada Sabtu, UEA mengumumkan akan membatalkan boikot ekonominya terhadap Israel. Pejabat dari kedua negara juga mengatakan keduanya tengah merencanakan kerja sama di bidang pertahanan, kedokteran, pertanian, pariwisata, dan teknologi.

Sementara Netanyahu mengatakan kepada wartawan bahwa akan menghapus "boikot anakronistik" membuka pintu bagi perdagangan, pariwisata, dan investasi yang tak terkendali. Pada Ahad, Israel dan UEA mengatakan menteri negara UEA dan menteri pertanian Israel berbicara melalui telepon pada Jumat dan berjanji untuk berkolaborasi dalam proyek-proyek yang menangani ketahanan pangan dan air.

UEA, negara gurun, bergantung pada impor untuk sekitar 80 persen hingga 90 persen makanannya. Negara tersebut telah sangat mendorong investasi dalam beberapa tahun terakhir dalam teknologi pertanian dan investasi lahan pertanian di luar negeri.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement