Ahad 30 Aug 2020 08:49 WIB

Demo Antirasisme di Kenosha Dijaga National Guard

Massa di Kenosha memprotes penembakan warga kulit hitam, Jacob Blake Jr.

Polisi membersihkan taman selama bentrokan dengan pengunjuk rasa di luar Gedung Pengadilan Kabupaten Kenosha pada Selasa malam, 25 Agustus 2020, di Kenosha, Wis., Selama demonstrasi atas penembakan pada hari Minggu terhadap Jacob Blake.
Foto: AP / David Goldman
Polisi membersihkan taman selama bentrokan dengan pengunjuk rasa di luar Gedung Pengadilan Kabupaten Kenosha pada Selasa malam, 25 Agustus 2020, di Kenosha, Wis., Selama demonstrasi atas penembakan pada hari Minggu terhadap Jacob Blake.

REPUBLIKA.CO.ID, KENOSHA -- Sekitar 1.000 orang bergabung dalam barisan unjuk rasa sepanjang lebih dari satu kilometer di Kenosha, Wisconsin, Amerika Serikat pada Sabtu sore. Massa meneriakkan "Nyawa Orang Kulit Hitam Berharga" dan "Tak ada Keadilan, Tak ada Perdamaian".

Di saat bersamaan, unit National Guard (Pengawal Nasional) bersiaga untuk mencegah munculnya kembali kekerasan yang sempat mengguncang kota tepi danau pekan ini. Jacob Blake Sr, ayah dari pria kulit hitam 29 tahun yang ditembak polisi kulit putih pada Ahad yang memicu keresahan, mengimbau pengunjuk rasa menahan diri dari penjarahan dan vandalisme yang dia sebut mengurangi dorongan bagi kemajuan.

Baca Juga

"Orang-orang baik kota ini maklum. Bila kita merusak kita tak punya apa-apa," katanya kepada orang-orang yang berkumpul di sebuah taman yang menjadi pusat protes yang mendukung anaknya, Jacob Blake Jr.

"Hentikan. Tunjukkan kepada mereka selama satu malam kita tidak perlu merusak apa pun."

Penembakan Blake, di depan tiga anaknya, mengubah kota berpenduduk 100 ribu warga yang sebagian besar kulit putih wilayah selatan Milwaukee menjadi pusat unjuk rasa berskala nasional di musim panas melawan kekejaman polisi dan rasisme. Presiden Donald Trump mengatakan pada Sabtu bahwa dia mungkin akan mengunjungi Kenosha, tanpa memberikan rincian.

Blake masih hidup, namun terluka parah dan lumpuh dari pinggang ke bawah. Blake mungkin akan hadir lewat video dari kamar perawatannya di rumah sakit dalam sesi sidang pengadilan pekan depan mengenai tuduhan kriminal yang terjadi sebelum penembakan, kata pengacaranya kepada Reuters pada Sabtu. Sang pengacara juga mengatakan bahwa Blake akan menyatakan tak bersalah.

Kemarahan atas penembakan Blake, yang terekam video yang viral, memicu bentrok jalanan. Pengunjuk rasa melempar petasan dan batu ke arah polisi yang menembakkan gas air mata dan peluru karet. Pada Selasa malam, tiga pendemo tertembak oleh seorang remaja kulit putih bersenjata senapan semi-otomatis. Dua di antara korban tewas.

Di Kenosha, pada Sabtu, orang-orang menorehkan pesan-pesan persatuan pada papan-papan untuk melindungi pertokoan setelah banyak kawasan bisnis terbakar habis lewat serangan pendemo yang membakar dan merusak. Warga berharap ketenangan akan terjadi pada malam keempat.

Namun, murka atas penembakan Blake tak surut. Pemrotes, sebagian mengenakan topeng-topeng "Keadilan untuk Jacob", bicara tentang perlunya melakukan perhitungan atas ketakadilan rasial.

"Kami lelah," kata Darius Johnson, 27, dari Milwaukee.

"Tak ada alasan untuk rasisme ini. Ini dapat terjadi pada siapa pun di antara kita, saudara laki-laki saya, saudara perempuan saya. Ini harus berhenti."

Seorang terdakwa berusia 17 tahun dalam pembunuhan pada Selasa malam, Kyle Rittenhouse, menyerahkan diri kepada polisi dekat rumahnya di Illinois, dekat perbatasan Wisconsin pada Rabu. Para pejabat Kenosha dikecam karena video yang memperlihatkan petugas penegak hukum memberinya air minum di depan merebaknya kekerasan dan berlaku ramah pada orang-orang bersenjata di jalan-jalan.

sumber : Antara, Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement