Sabtu 29 Aug 2020 18:01 WIB

Hamas tak Gentar Hadapi Serangan Israel

Pesawat tempur dan tank Israel membom situs militer Hamas

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Kelurga Hamouda Abu Amra berkumpul mengelilingi api unggun untuk mengusir dingin tidak jauh dari kediaman mereka yang  di Khan Younis, selatan Jalur Gaza. Bangunan 5 lantai yang dihuni 19 jiwa itu hancur dibombardir serangan udara Israel pada  November tahun lalu.
Foto: Hatem Moussa/AP
Kelurga Hamouda Abu Amra berkumpul mengelilingi api unggun untuk mengusir dingin tidak jauh dari kediaman mereka yang di Khan Younis, selatan Jalur Gaza. Bangunan 5 lantai yang dihuni 19 jiwa itu hancur dibombardir serangan udara Israel pada November tahun lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Ancaman perang di Gaza terus meningkat di tengah tuntutan Palestina untuk mengakhiri blokade Israel selama 13 tahun. Pesawat tempur dan tank Israel melakukan pemboman ke situs militer Hamas pada Selasa (25/8), sebagai tanggapan atas balon pembawa bahan peledak yang diluncurkan dari Gaza ke arah selatan Israel.

Israel telah melakukan serangan terhadap infrastruktur dan lahan pertanian Hamas di Jalur Gaza selama 16 hari berturut-turut. Peningkatan ketegangan antara Hamas dan Israel dipicu oleh peluncuran balon pembawa bahan peledak oleh Palestina ke Israel selatan dalam dua minggu terakhir.

Baca Juga

Balon dan layang-layang yang diterbangkan dari Gaza kerap membakar lahan pertanian di Israel. Palestina melakukan ini agar Israel mencabut blokade mereka yang diberlakukan sejak 2007. Blokade Israel telah menyebabkan perekonomian Palestina merosot tajam.

Para pemimpin Palestina di Gaza menuding Israel terus mengingkari kesepakatan. Menurut laporan media Palestina, Israel tidak memperluas zona penangkapan ikan yang diizinkan di Gaza hingga 20 mil laut, tidak mengizinkan pembangunan saluran listrik baru ke Jalur Gaza, tidak mengizinkan pembangkit listrik Gaza beroperasi dengan gas alam, dan tidak memfasilitasi pergerakan barang. Israel juga melarang masuknya 1.200 truk melalui penyeberangan Karem Abu Salem atau dikenal sebagai Kerem Shalom ke Israel.

Menanggapi peluncuran balon tersebut, Israel telah mengambil tindakan hukuman terhadap Gaza dengan membatasi barang-barang yang datang melalui penyeberangan, menutup laut sepenuhnya untuk para nelayan Gaza, dan menghentikan pasokan bahan bakar. Hal ini menyebabkan satu-satunya pembangkit listrik di wilayah itu mati, dan aliran listrik yang berkurang selama empat jam sehari.

Analis politik, Husam al-Dajani mengatakan, eskalasi yang meningkat pada saat ini adalah konfrontasi antara faksi di Palestina yang berjuang untuk mencabut blokade di Gaza. Sementara Israel berjuang dua kali lebih keras untuk tetap memblokade wilayah Palestina. Al-Dajani mengatakan, kebuntuan itu dapat menyebabkan konfrontasi militer besar-besaran.

"Setiap kali Palestina memprotes dan menuntut agar blokade dicabut atau bahkan dikurangi, Israel menanggapi dengan memperketat blokade lebih lanjut dan memperburuk krisis di Gaza," ujar al-Dajani kepada Aljazirah.

Pejabat Hamas, Basem Naim mengatakan, ada upaya untuk mencegah konfrontasi militer secara besar-besaran. Namun Israel terus meningkatkan pengepungan Gaza dan menghindari komitmen pada perjanjian sebelumnya.

"Orang-orang Palestina di Jalur Gaza hidup dalam kondisi yang sangat menyedihkan dan suram, faksi-faksi Gaza telah mengatakan kepada mediator bahwa Gaza tidak akan tinggal diam di bawah kondisi yang tragis ini," kata Naim.

Kelompok bersenjata Gaza dan pasukan Israel sekarang dalam keadaan siaga tinggi, dan bersiap untuk konfrontasi lebih lanjut. Pejabat Hamas mengatakan kali ini mereka tidak akan bekerja sama sampai Israel sepenuhnya mencabut blokade di Gaza. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu telah mengancam akan membunuh Hamas dan para pemimpin Jihad Islam jika mereka terus mengirim balon peledak.

Blokade Israel terhadap Gaza telah menimbulkan kesulitan ekonomi bagi penduduk setempat. Menurut Biro Pusat Statistis Palestina, tingkat kemiskinan penduduk Gaza mencapai 53 persen. Sementara kemiskinan ekstrem mencapai 33,8 persen. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement