Sabtu 29 Aug 2020 16:45 WIB

BPBD Cianjur Tingkatkan Pengawasan Pergerakan Tanah

Pergerakan tanah pada musim kemarau jarang terjadi.

Musim kemarau (ilustrasi).
Foto: Antara/Arief Priyono
Musim kemarau (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah Cianjur, Jawa Barat, meningkatkan pengawasan pergerakan tanah selama musim kemarau seperti di Kecamatan Warungkondang, akibat pergerakan tanah satu rumah warga ambruk, hingga pemilik rumah terpaksa mengungsi.

Sekretaris BPBD Cianjur, Irfan Sopyan saat dihubungi, Sabtu mengatakan pihaknya langsung menuju lokasi dan melakukan pendataan serta mengimbau warga sekitar untuk segera mengungsi jika melihat tanda pergerakan tanah susulan kembali meluas.

Baca Juga

"Kami sudah melakukan pendataan dan akan mengajukan bantuan pembangunan untuk rumah yang terdampak. Satu rumah rusak berat milik ibu Eem yang saat rumahnya ambruk sedang berada di dalam rumah, sedangkan dua rumah lainnya terancam," katanya.

Ia menjelaskan, pergerakan tanah pada musim kemarau jarang terjadi, namun pihaknya akan tetap melakukan pengawasan dan pemantauan dengan melibatkan relawan di masing-masing desa yang masuk dalam wilayah rawan bencana alam.

Sementara Eem (57) pemilik rumah yang ambruk akibat pergerakan tanah, berhasil selamat meskipun rumahnya di Kampung Cikanyere Babakan, Desa Cieundeur, Kecamatan Warungkondang, rusak berat akibat pergerakan tanah yang terjadi.

"Saat tembok rumah bagian belakang tiba-tiba ambruk, saya sedang melaksanakan sholat, mendegar suara gemuruh saya sempat tidak bisa berdiri. Beruntung beberapa orang tetangga membawa saya keluar dari dalam rumah," katanya.

Ambruknya bangunan rumah bagian belakang akibat pergerakan tanah tersebut terjadi Jumat sore, tidak ada hujan ataupun angin sebellumnya, namun dia sempat melihat tembok rumah retak dan sempat bergetar, namun dia tidak menduga akan sampai ambruk.

"Saya tidak dapat membayangkan kalau tembok ambruk ke depan, mungkin saya sudah tidak bernyawa. Seketika lutut saya tidak dapat digerakan karena terkejut, beruntung ada tetangga yang langsung masuk dan membawa saya keluar," katanya.

Camat Warungkondang Sukmawati, mengatakan untuk kesekian kalinya peristiwa yang sama terjadi di Kampung Cikanyere Babakan, tidak ada hujan yang turun, namun pergerakan tanah terjadi karena tanah di wilayah tersebut labil.

Tebing setingi satu meter di belakang rumah Eem salah satunya, sehingga pihaknya mengimbau warga untuk tetap waspada dan jeli membaca tanda-tanda alam akan terjadinya bencana karena sebelum terjadi biasanya terlihat retakan di tanah atau di dinding bangunan.

"Kami sudah melakukan pendataan dan akan mengajukan rumah tersebut kembali dibangun dari dana penanggulangan bencana. Saat ini Eem menumpang di rumah kerabatnya. Kami akan terus memantau pergerakan tanah di kampung tersebut dan meminta arga untuk waspada," katanya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement