Jumat 28 Aug 2020 17:42 WIB

Jalani Uji Vaksin, Emil Harus Hadapi 9 Potensi Gejala Medis

Ridwan Kamil harus melaporkan setiap rekasi medis akibat disuntik calon vaksin.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Ilham Tirta
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menunjukkan bekas suntikan vaksin usai menjalani kunjungan tahap kedua Uji Klinis Vaksin Covid-19 di Puskesmas Garuda, Jalan Dadali, Kota Bandung, Jumat (28/8). Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bersama Kapolda Jabar Irjen Rudy Sufahriadi, Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Nugroho Budi Wiryanto dan Kepala Kejati Jabar Ade Eddy Adhyaksa menjalani tahap kedua uji klinis fase tiga vaksin Covid-19 berupa penyuntikan vaksin. Foto: Abdan Syakura/Republika
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menunjukkan bekas suntikan vaksin usai menjalani kunjungan tahap kedua Uji Klinis Vaksin Covid-19 di Puskesmas Garuda, Jalan Dadali, Kota Bandung, Jumat (28/8). Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bersama Kapolda Jabar Irjen Rudy Sufahriadi, Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Nugroho Budi Wiryanto dan Kepala Kejati Jabar Ade Eddy Adhyaksa menjalani tahap kedua uji klinis fase tiga vaksin Covid-19 berupa penyuntikan vaksin. Foto: Abdan Syakura/Republika

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jabar, Ridwan Kamil, bersama Pangdam/III Siliwangi Mayjen TNI Nugroho Budi Wiryanto dan Kapolda Jabar Irjen Rudy Sufahriadi kembali melakukan rangkaian tahap II sebagai relawan uji klinis vaksin Covid-19 di Puskesmas Garuda, Jumat (28/8). Menurut Emil, selama dua pekan setelah menjalani penyuntikan calon vaksin Covid-19 ini, ia harus mengisi sejumlah laporan yang mengindikasikan kondisi kebugarannya.

Kalau ditemukan ada anomali kenaikan suhu tubuh secara tiba-tiba maupun reaksi lainnya, Emil harus mengisi di form laporan. "Ada sekitar 9 potensi reaksi yang harus dilaporkan jika terjadi. Dari yang gejala ringan sampai gejala agak berat. Nah, itu rutin diisi setiap hari dan kemudian ketemu lagi di 14 hari dari sekarang. Dan kami akan mendapatkan penyuntikan yang kedua kali karena tipe vaksin ini dosisnya harus dua kali," paparnya.

Tim peneliti mengimbau agar Emil dan sejumlah pejabat lainnya yang menjalani uji klinis ini tidak terlalu banyak melakukan aktivitas ke luar wilayah. Hal itu untuk memastikan kesiapan jika suatu saat dipanggil oleh tim peneliti untuk menjalani konsultasi.

"Itulah alasan kenapa memang para relawan rata-rata domisilinya di Bandung Raya, bukan di tempat lain. Semata-mata untuk memudahkan," katanya.

Emil mengatakan, tim peneliti khawatir bilamana relawan vaksin sakit oleh gaya hidup yang berlebihan secara motorik. Sebab, akan membingungkan, apakah sakit karena alasan vaksin atau karena yang lain.

"Nanti reaksi tubuhnya juga membingungkan proses statistiknya. Maka imbauan dari dokter dan peneliti adalah, kita tetap berkegiatan seperti biasa, tapi jangan sampai ekstra," pungkasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement