Jumat 28 Aug 2020 16:15 WIB

Unisma Terapkan Program Jumat Bersarung

Program

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Esthi Maharani
Universitas Islam Malang (Unisma) resmi menerapkan program Jumat Bersarung untuk seluruh unsur pimpinan, staf, dosen dan mahasiswa, Jumat (29/8).
Foto: Humas Unisma
Universitas Islam Malang (Unisma) resmi menerapkan program Jumat Bersarung untuk seluruh unsur pimpinan, staf, dosen dan mahasiswa, Jumat (29/8).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Universitas Islam Malang (Unisma) resmi menerapkan program "Jumat Bersarung", Jumat (29/8). Kegiatan ini akan dilaksanakan secara bertahap dari unsur pimpinan, staf, dosen sampai mahasiswa.

"Sistem seragam baru ini (akan terus dilaksanakan) di setiap Jumat, jadi bukan Jumat (hari) ini saja," ungkap Rektor Unisma, Profesor Masykuri saat ditemui wartawan di Gedung Rektorat Unisma, Jumat (29/8).

Peluncuran program "Jumat Bersarung" ini bertujuan menunjukkan sisi unik dari Unisma dibandingkan kampus lainnya. Apalagi berdirinya Unisma berkat perjuangan para kyai dan cendekiawan yang banyak belajar dari pesantren. Tradisi sarung yang identik dengan pesantren harus dipertahankan dan tak boleh lenyap dari kehidupan.

"Walaupun kita sudah mengenal teknologi informasi, tapi hal-hal yang baik harus tetap kita pertahankan sembari juga mengambil hal-hal yang lebih baik lagi," jelasnya.

Di sisi lain, Masykuri menegaskan, kehadiran program "Jumat Bersarung" juga karena terunspirasi dari perguruan-perguruan tinggi besar di Timur Tengah. Beberapa di antaranya seperti Universitas Al-Azhar, Universitas Umm Al-Qura dan kampus-kampus Islam lainnya.

Pada pelaksanaan program "Jumat Bersarung", para civitas akademika diwajibkan mengenakan sarung dan kopiah (untuk laki-laki) setiap Jumat. Selain itu, mereka juga diminta memakai sepatu slop, baju koko dan jas (para staf dan dosen). "Yang belum punya sepatu selop, paling tidak pakai sendal. Bukan sendal jepit tapi secara bertahap gunakan sepatu slop," ungkap Masykuri.

Masykuri mengaku, tidak mewajibkan mahasiswa non-Muslim untuk menerapkan program "Jumat Bersarung". Mereka mendapatkan pilihan antara memakai pakaian yang sesuai aturan maupun sebaliknya.. Tidak ada paksaan maupun sanksi dari kampus untuk kalangan mahasiswa tersebut.

Menurut Masykuri, setiap dekan di setiap fakultas mendapatkan tanggung jawab untuk memantau pelaksanaan program "Jumat Bersarung". Jika terdapat civitas akademika yang tidak melaksanakannya, maka yang bersangkutan akan ditegur secara halus. Tidak ada sanksi apapun kecuali rasa malu akibat teguran yang diterima para civitas akademika.

Dengan adanya program baru tersebut, Masykuri berharap, nuansa religius Unisma semakin kuat. Simbol-simbol semisal sarung dapat meneguhkan Unisma sebagai kampus Islam. Artinya, tidak hanya dari kurikulumnya tapi unsur spirit keislaman yang tertanam di dalamnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement