Kamis 27 Aug 2020 20:11 WIB

KPPA: Kita tidak Boleh Menyalahkan Anak

Anak adalah peniru ulung sehingga apapun yang terjadi adalah kesalahan orang dewasa. 

Kampanye antirokok. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) mengatakan anak adalah peniru yang ulung sehingga edukasi tidak merokok harus dilakukan di rumah, sekolah, dan lingkungannya.
Kampanye antirokok. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) mengatakan anak adalah peniru yang ulung sehingga edukasi tidak merokok harus dilakukan di rumah, sekolah, dan lingkungannya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) mengatakan anak adalah peniru yang ulung. Karena itu, orang tua dan lingkungan perlu memberikan contoh yang baik bagi mereka.

"Bahkan dalam konvensi hak anak disebutkan kita tidak boleh menyalahkan anak, dan apapun yang terjadi pada anak-anak kita itu adalah kesalahan orang dewasa," kata Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak KPPPA Leny Nurhayanti Rosalin dalam diskusi daring yang dipantau di Jakarta, Kamis (27/8).

Baca Juga

Ia mengatakan jika jumlah anak di Indonesia ialah sepertiga dari total penduduk atau sekitar 79,55 juta jiwa maka dua pertiga penduduk lainnya memiliki kewajiban melindungi dan menjaga anak. Hal itu tentunya terlepas dari adanya data anak-anak yang sudah bekerja. Begitu pula dengan anak yang telah menikah dimana secara otomatis masuk dalam kategori dewasa.

Terkait anak sebagai peniru ulung tersebut, kata dia, penting untuk menjadikan keluarga sebagai salah satu sasaran edukasi yang jumlahnya mencapai 81,2 juta keluarga di seluruh Indonesia. Menurutnya, hal tersebut penting diperhatikan sebab bagaimana jika seorang bapak di rumah tangga merokok sedangkan anak merupakan peniru ulung.

Begitu pula dengan sekolah yang juga menjadi sasaran edukasi dan diharapkan benar-benar menerapkan aspek ramah anak dimana hal itu akan terus dikawal oleh KPPPA. "Kami temukan dan dengar suara anak yang menyampaikan bagaimana mereka untuk tidak merokok, sedangkan mereka melihat bapak guru sembunyi-sembunyi di belakang lab merokok," katanya.

Karena itu, penting untuk menerapkan edukasi yang terintegrasi agar anak tidak merokok dengan meniru pada keluarga, guru atau lingkungan sekitarnya. Ia menjelaskan dalam menghitung indeks perlindungan anak menggunakan persentase anak berusia lima hingga 17 tahun yang merokok, angka pada 2018 mencapai 4,71 persen dari total 57,6 juta jiwa atau setara 2,7 juta anak.

Ia menilai tingginya jumlah anak inilah yang menjadi salah satu pemicu adanya pihak tertentu yang mengincar anak sebagai konsumen, ditambah lagi dengan harga relatif terjangkau. Karena itu, aspek penting yang perlu dilakukan saat ini ialah adanya tindak lanjut dengan salah satunya melalui regulasi, baik itu merevisi regulasi yang sudah ada ataupun membuat aturan baru.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement