Kamis 27 Aug 2020 18:11 WIB

KPAI: 56,2 Persen Sekolah Sudah Siapkan Infrastruktur AKB

Meski sekolah punya wastafel, jumlahnya sedikit dan terkonsentrasi di toilet.

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Retno Listyarti
Foto: Republika TV/Muhammad Rizki Triyana
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Retno Listyarti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 56,2 persen sekolah menyatakan sarana prasarana untuk menghadapi pembelajaran tatap muka di tengah pandemi sudah memadai. Angka itu berdasarkan survei yang dilakukan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) terhadap 6.729 sekolah di seluruh Indonesia.

"Jadi ternyata 56,2 persen responden atau sekolah itu menyatakan sarana prasarana di sekolah menurut mereka sudah memadai, tetapi 43,8 persen menyatakan belum memadai," kata Komisioner Bidang Pendidikan KPAI Retno Listyarti dalam penyampaian hasil survei persiapan pembukaan sekolah secara virtual, Jakarta, Kamis (27/8).

Baca Juga

Ia mengatakan sekolah perlu memastikan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung untuk memastikan protokol kesehatan dilaksanakan dengan baik. Hal ini untuk menjamin keselamatan seluruh warga sekolah menjelang pembukaan sekolah pada era pandemi Covid-19.

Untuk mendukung penerapan protokol kesehatan tersebut, sekolah perlu menyiapkan wastafel untuk mencuci tangan, air yang mengalir, sabun, tisu, bilik disinfektan, alat pengukur suhu dan lain sebagainya. Menurut hasil survei KPAI, hampir semua sekolah yang disurvei ternyata sudah memiliki wastafel, meski jumlahnya ada yang masih sedikit dan sebagian besar terkonsentrasi di toilet sekolah.

"Padahal wastafel itu sangat diperlukan dalam adaptasi kebiasaan baru di sekolah, karena anak-anak harus sering mencuci tangan," katanya.

Kemudian, survei itu juga menunjukkan bahwa 46 persen sekolah hanya memiliki wastafel kurang dari lima. "Tentu saja cukup mengkhawatirkan kalau menggunakan data ini, karena ternyata para responden tidak menghitung bahwa kalau wastafel itu adalah wastafel yang tempat cuci tangan. Jadi tempat wudu itu dihitung sebagai wastafel, itu ternyata juga cukup banyak," katanya.

Namun, ia menyampaikan lebih lanjut bahwa hasil survei terkait penyediaan wastafel itu menunjukkan ada 46 persen sekolah yang memiliki wastafel kurang dari lima. Kemudian, 32 persen di antaranya memiliki lima sampai 10 wastafel, 10 persen memiliki 10 sampai 15 wastafel dan 6 persen memiliki lebih dari 20 wastafel.

"Namun demikian, wastafel-wastafel ini tidak pada posisi menyebar pada setiap kelas, tetapi berkonsentrasi pada tempat tertentu dan hanya berada di lantai 1," katanya.

Mengenai penyediaan sabun, survei KPAI menyebutkan mayoritas responden atau sekolah menyatakan mereka memang menyediakan sabun di toilet sekolah. Namun, 28 persen di antaranya menyatakan hanya kadang-kadang saja menyediakannya dan lima persen menyatakan tidak pernah menyediakan saat sekolah buka pada masa sebelum Covid-19.

Kemudian terkait penyediaan tisu, penyediaan tisu di toilet sebelum pandemi hanya dilakukan oleh 27 persen sekolah. Sedangkan 41 persen sekolah menyatakan kadang-kadang menyediakan dan 32 persen menyatakan tidak pernah menyediakan tisu.

Sementara itu, terkait dengan upaya sosialisasi standar operasional protokol kesehatan di sekolah, hasil survei menunjukkan 91 persen sekolah menyatakan akan melakukan sosialisasi baik kepada guru maupun kepada siswa.

"Jadi saat mereka sudah membuat SOP, atau protokol kesehatan, mereka memang akan mensosialisasikan ketika mereka akan menghadapi tatap muka nanti," demikian kata Retno.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement