Kamis 27 Aug 2020 11:43 WIB

Meski Pandemi, Kopi Gayo Aceh Berjaya di Pasar Eropa-Amerika

Perkiraan nilai ekspor sekitar Rp.1,5 miliar -1.6 Miliar per kontainer.

Anggota Koperasi Pedagang Kopi.
Foto: Dok. Kem
Anggota Koperasi Pedagang Kopi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski sempat terkendala pengiriman akibat pandemi Covid-19, kopi Arabika Gayo Aceh tetap mampu berjaya di pasar Eropa dan Amerika Serikat (AS). Pada awal masa pandemi, pasar Amerika sangat dibatasi karena meningkatnya jumlah kasus positif Covid-19 ini membuat banyak kopi gayo yang tertunda pengirimannya.

Namun, saat ini salah satu pelaku usaha kopi gayo aceh yaitu Koperasi Pedagang Kopi (Kopepi) Ketiara yang bertempat di Takengon, Kabupaten Aceh Tengah mulai dapat masuk ekspor ke pasar Amerika dan Eropa.

Menurut Ketua Kopepi Ketiara, Rahmah, pada bulan Juni-Juli 2020, pihaknya mengekspor Kopi arabika dari Dataran Tinggi Gayo (DTG) ke negara tujuan Amerika dan Eropa sekitar 20 container (volume 18-19,2 ton per container) dengan perkiraan nilai ekspor sekitar Rp.1,5 miliar -1.6 Miliar per kontainer. 

"Tetapi beberapa negara di Kawasan Eropa masih belum membuka keran impor kopi gayo Aceh seperti Inggris dan Prancis. Ke depan kami terus berkomunikasi dengan buyer-buyer di Eropa untuk dapat mengirimkan kopi gayo tersebut," kata dia di Jakarta, Kamis (27/8).

Direktur Jenderal Perkebunan, Kasdi Subagyono, mengapresiasi akselerasi ekspor kopi Gayo yang dilakukan Kopepi Ketiara Aceh. Hal itu karena bagaimanapun Amerika dan Eropa merupakan pasar penting untuk ekspor komoditas perkebunan Indonesia terutama kopi. 

Dia mengatakan, hal yang menarik justru terjadi di pasar Amerika dan Eropa karena ditengah Pandemi Covid-19 ini, berbagai kafe hampir semua ttutup. Namun, masih banyak permintaan kopi untuk tujuan Amerika dan Eropa. 

"Justru pandemi ini mengubah pola konsumsi sebagian besar masyarakat Amerika dan Eropa dari konsumsi skala kafe menjadi konsumsi rumahan. Peluang ini harus tetap kita tangkap, tentunya dengan didukung oleh kelancaran sarana distribusi nya terutama memanfaatkan platform online/ecommerce,"ujar dia.

Kasdi menambahkan, data BPS yang diolah Ditjen Perkebunan mengungkapkan, ekspor kopi Indonesia ke Uni Eropa periode Januari hingga April 2020 sebesar 26,9 ribu ton atau senilai USD 58,9 juta. Dari volume ekspor tersebut, 93% ekspor kopi Indonesia ke negara Italia, Spanyol, Belgia, dan Jerman. 

"Sedangkan ekspor ke Amerika pada periode yang sama sebesar 20,7 ribu ton atau senilai USD 83,8 juta," ujar dia.

Kasdi menambahkan, Direktorat Jenderal Perkebunan terus mendorong akselerasi peningkatan ekspor komoditas perkebunan seperti yang ditargetkan Menteri Pertanian untuk peningkatan ekspor 3 kali lipat (Gratieks) hingga tahun 2024. Caranya, melalui berbagai kebijakan dalam peningkatan produksi, nilai tambah dan daya saing.

Di tempat terpisah, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Dedi Junaedi menambahkan, selain pasar-pasar tradisional, kopi Indonesia seperti Amerika Serikat dan Eropa, juga bisa dijajaki di pasar-pasar non tradisional lain

Selama ini, kata dia, pasarnya dikuasai oleh kopi asal Brasil, Vietnam, dan Kolombia. Dia mengatakan, Indonesia memiliki keunggulan agro ekosistem yang sangat kaya sehingga dari berbagai daerah di Indonesia muncul kopi-kopi berkarakter dengan cita rasa dan aroma yang berbeda. 

"Tentunya harus kita dorong bagaimana menyesuaikan dengan selera, standarisas, dan kebutuhan negara buyer. Ditambah lagi peningkatan nilai tambah produk kopi dan perlu memanfaatkan peluang-peluang dari perundingan PTA, FTA, dan CEPA untuk meningkatkan akses pasar kopi Indonesia ke negara-negara yang terlibat perundingan tersebut, tentunya dengan kesepakatan preferensial tarif yang sama-sama menguntungkan keduabelah pihak," ujar dia.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement