Kamis 27 Aug 2020 09:21 WIB

Muhammadiyah Minta Perlindungan Tenaga Kesehatan Dipikirkan

Perlindungan tenaga kesehatan diminta Muhammadiyah untuk dipikirkan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Hafil
 Muhammadiyah Minta Perlindungan Tenaga Kesehatan Dipikirkan. Foto ilustrasi: Petugas medis menunjukan sample darah milik para awak rumah sakit Siloam Hospitals Kebon Jeruk (SHKJ), Jakarta yang mengikuti rapid test serelogy, Selasa (10/8). Seluruh awak rumah sakit tersebut secara berkala melakukan rapid test serelogy ataupun PCR Swab demi menjaga keamanan dan kesehatan, serta melindungi pasien dan juga seluruh tenaga kesehatan, staf, dan pekerja pendukung lainnya di lingkungan rumah sakit.Prayogi/Republika.
Foto: Prayogi/Republika
Muhammadiyah Minta Perlindungan Tenaga Kesehatan Dipikirkan. Foto ilustrasi: Petugas medis menunjukan sample darah milik para awak rumah sakit Siloam Hospitals Kebon Jeruk (SHKJ), Jakarta yang mengikuti rapid test serelogy, Selasa (10/8). Seluruh awak rumah sakit tersebut secara berkala melakukan rapid test serelogy ataupun PCR Swab demi menjaga keamanan dan kesehatan, serta melindungi pasien dan juga seluruh tenaga kesehatan, staf, dan pekerja pendukung lainnya di lingkungan rumah sakit.Prayogi/Republika.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) PP Muhammadiyah menekankan lagi wabah virus corona belum berakhir. Ketua MCCC, Agus Samsudin mengingatkan, wabah malah sudah memakan korban jiwa dari tenaga kesehatan.

Ia mengungkapkan, sampai saat ini sudah ada tujuh tenaga kesehatan di Rumah Sakit Muhammadiyah dan Aisyiyah (RSMA) yang meninggal dunia akibar terpapar Covid-19. Terdiri dari satu orang dokter spesialis dan enam orang perawat.

Baca Juga

Agus menyampaikan duka mendalam dari MCCC PP Muhammadiyah, mendoakan pejuang yang meninggal khusnul khotimah. Serta, keluarga yang ditinggalkan menerima dengan ikhlas, diberi kesabaran, ketabahan dalam jalankan hidup selanjutnya.

"Data IDI ada 89 dokter meninggal karena terpapar Covid-19 di Indonesia, kalau dilihat tren cukup tinggi tinggi (kematian dokter) akhir-akhir ini. Juli ada 30 dokter meninggal, tren itu meningkat," kata Agus, Rabu (26/8).

 

Terkait itu, Agus menuturkan, harus menjadi konsen bagi semua pihak untuk melindungi tenaga kesehatan. Sebab, kini banyak yang berstatus Orang Tanpa Gejala (OTG), jadi orang tidak tahu, kapan dan di mana penularan terjadi.

Untuk itu, Agus kembali mengimbau semua orang mematuhi protokol kesehatan. Mulai dari yang sederhana pakai masker, cuci tangan dan jaga jarak maupun protokol yang disiapkan khusus tenaga kesehatan APD yang harus dikenakan.

"Yang kedua, masih tetap harus menghindari kerumunan," ujar Agus.

Selain itu, ia meminta direksi-direksi RS memperhatikan kedisiplinan dari pelaksanaan protokol kesehatan dan segera mengambil tindakan diperlukan jika terjadi penularan. Mulai dari tes swab bagi tenaga kesehatan dan tracing.

Kemudian, bantu lakukan isolasi mandiri jika ada yang terpapar Covid-19. Terakhir, Agus berharap pemerintah untuk membuat kajian khusus dan prosedur tambahan jika perlu demi mencegah penularan di kalangan tenaga kesehatan.

Agus menambahkan, perlindungan terhadap tenaga kesehatan menjadi keniscayaan bagi kita semua. Artinya, kita melindungi tidak cuma masyarakat secara umum, tapi tenaga kesehatan seluruh fasilitas kesehatan di republik ini khususnya.

"Wabah belum berakhir, kita harus tetap berusaha, kuat dan konsisten untuk melawan Covid-19," kata Agus, menutup. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement