Rabu 26 Aug 2020 23:20 WIB

Pasar Produk Halal Menggiur

Brasil, Filipina, dan Kamboja pun membidik pasar produk halal.

Pasar Produk Halal Menggiur (ilustrasi).
Foto: Thoudy Badai_Republika
Pasar Produk Halal Menggiur (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pasar menggiurkan produk halal telah menarik minat perusahaan-perusahaan besar di berbagai negara dan para kepala pemerintahan. Salah satu buktinya, para pemimpin politik dan bisnis menghadiri konferensi ekonomi Mediterania di Barcelona, November silam.

Konferensi ini membahas potensi besar pasar makanan halal. Para peserta konferensi meyakini, industri makanan halal dapat secara signifikan meningkatkan perekonomian di wilayah tersebut.

Pemimpin Mediterania mengatakan, perusahaan besar, seperti Nestle telah meningkatkan investasi dan keahlian mereka di bidang makanan halal. Nestle menargetkan konsumen dari populasi Muslim yang diperkirakan bertambah satu miliar orang pada 2050. Pertumbuhan populasi ini juga disertai dengan peningkatan jumlah pendapatan.

Menurut DinarStandard, sebuah perusahaan riset berbasis di New York, industri makanan halal akan tumbuh menjadi 1,6 triliun dolar AS  yang mewakili hampir 17 persen dari total belanja global dalam makanan dan minuman pada 2018, dari sekitar 1 triliun dolar AS  pada 2012.

Kepala Institut Halal Isabel Romero menjelaskan, industri halal merupakan bagian integral dari ekonomi sosial yang memungkinkan adanya kemajuan sosial. "Kami percaya, halal adalah sebuah konsep holistik dan global yang memengaruhi semua orang. Ini berarti sesuatu yang memungkinkan kita untuk hidup lebih baik dengan cara yang sehat dan hormat," ujar Romero seperti dilansir http:aa.com.tr.

Romero menekankan, produk halal merupakan sektor kunci dalam perdagangan internasional. Menurutnya, industri makanan halal bukan hanya menargetkan orang Islam. Di Spanyol, lebih dari 30 pesen konsumen produk halal bukanlah Muslim.

Sementara itu, profesor di Sekolah Bisnis & Pemasaran Seville Ana Isabel Gonzalez Santamaria menambahkan, perusahaan harus memperhatikan beberapa hal untuk mempromosikan produk makanan halal. Misalnya, mendorong kerja sama penelitian, memberikan dukungan keuangan usaha kecil menengah (UKM), dan meningkatkan kesadaran profesional, industri, dan media untuk membantu sektor makanan halal meningkatkan pangsa pasar pangan global.

Pakistan pun menaruh perhatian besar terhadap bisnis halal. Kementerian Ketahanan Pangan Nasional Pakistan memberikan perhatian khusus terhadap sektor industri makanan halal. Hal ini mengingat adanya potensi besar di sektor makanan halal.

Sekretaris Kementerian Ketahanan Pangan Nasional Pakistan Muhammad Abid Javed mengatakan, pemerintah akan melakukan perbaikan di sektor ini untuk meningkatkan nilai ekspor nasional. Hal ini disampaikan Javed dalam acara Kamar Dagang dan Industri (LCCI) Lahore, seperti diansir tribune.com.pk.

Punjab Halal Development Agency (PHDA) meminta pemerintah dan sektor swasta memanfaatkan potensi pasar halal global. Ketua PHDA Khalil-ur-Rehman Khan mengatakan, Pakistan dapat menjadi salah satu negara pengekspor produk halal asalkan pemerintah dan sektor swasta dapat berkolaborasi.

Ia menjelaskan, saat ini peran Pakistan untuk mengekspor produk halal begitu rendah. Untuk itu, harus ditingkatkan melalui upaya kolektif. Padahal, kualitas daging Pakistan jauh lebih baik daripada yang disediakan pengusaha dunia di sektor ini, seperti Australia dan Selandia Baru.

Hal ini disampiakan Khan saat menjadi pembicara di Federasi Kamar Dagang dan Industri Pakistan (FPCCI). Dalam kesempatan ini, Presiden FPCCI Abdul Rauf Alam juga hadir. "Malaysia ingin meningkatkan volume bisnis halal dengan Pakistan yang harus dimanfaatkan oleh masyarakat bisnis lokal," ujar Khalil-ur-Rehman Khan, seperti dilansir http:thenews.com.pk"thenews.com.pk.

Menurutnya, beberapa negara, termasuk Malaysia, bersedia membantu untuk membangun  industri halal di Pakistan yang saat ini mencoba berkembang. Produk halal mencakup berbagai macam barang, seperti makanan, obat-obatan, suplemen makanan, minuman, dan perlengkapan mandi.

"Pakistan sebagai salah satu negara Muslim harus mengambil kesempatan yang besar ini dalam industri pasar halal global. Khususnya, dalam bidang ekspor," tutur Khalil-ur-Rehman Khan.

Brasil, Filipina, dan Kamboja

Brasil pun mengincar peluang pasar halal global. Presiden Federasi Asosiasi Muslim di Brasil (Fambras) Mohamed El Zoghbi menjadi salah satu pembicara panel utama untuk menyoroti berbagai peluang Brasil dalam produk halal.

Mohamed El Zoghbi mengatakan, Brasil akan menyumbang lebih dari 10 persen pasokan produk halal global. "Meskipun Brasil termasuk produsen terkemuka dari protein hewani halal, kita bisa bekerja dengan cara kami ke pasar lain, seperti kosmetik, obat-obatan, pakaian, dan permen," ujar Mohamed El Zoghbi, seperti dilansir cpifinancial.net.

Ia menjelaskan, korporasi harus dibuat sadar untuk dapat mengamankan pasar di negara-negara Muslim. Untuk itu, merupakan hal yang penting bagi mereka agar dapat memenuhi standar teknis dan peraturan berdasarkan prinsip-prinsip Islam dan memastikan bahan baku yang tersedia juga memenuhi standar halal.

"Di sisi lain, juga merupakan hal penting untuk menyebarkan kesadaran tentang produk halal di Brasil dan harus dipasarkan secara luas ke seluruh dunia," ujar Mohamed El Zoghbi.

Filipina pun membidik bisnis halal. Pemerintah Filipina tengah menyiapkan lahan seluas 100 hektare di Zamboanga menjadi pusat produk halal berbasis ekspor. Filipina sendiri masih bertekad menjadi pusat industri halal.

Departemen Perdagangan dan Industri (DTI) Filipina bersama Pemerintah Kota Zamboanga serta Otoritas Zona Ekonomi Zamboanga sudah melakukan seremoni peletakan batu pertama pengembangan Asian Halal Center di Zamboanga.

Asian Halal Center merupakan kawasan industri seluas 100 hektare yang akan menjadi basis produksi dan pemprosesan produk halal untuk diekspor ke negara-negara mayoritas Muslim. Fasilitas ini diharapkan benar-benar menjadi pusat industri halal bagi Filipina dan bagi kerja sama kawasan ASEAN Timur yang meliputi Brunei-Indonesia-Malaysia-Filipina.

''Mindanao diposisikan menjadi basis manufaktur produk halal berorientasi ekspor dari Filipina. Dengan adanya Asian Halal Center, kami berharap bisa menarik lebih banyak pemain dan menjadikan Filipina pemain penting industri halal di ASEAN,'' kata Menteri Perdagangan dan Industri Filipina Ramon Lopez, seperti dikutip the Philippine Star, pertengahan Oktober 2016.

Pemerintah Kamboja pun menaruh perhatian besar terhadap industri halal. Untuk meningkatkan jumlah wisatawan Muslim yang berkunjung ke Kamboja, Kementerian Perdagangan membentuk sebuah komite khusus yang akan mengawasi standardisasi sertifikasi halal untuk restoran dan pemotongan daging. Hal ini dilakukan untuk memberikan kenyamanan bagi wisatawan Muslim.

Pembentukan komite ini dilakukan bekerja sama dengan Malaysia sebagai salah satu negara yang berpenduduk mayoritas Muslim dan telah memberlakukan peraturan terkait sertifikasi halal.

Dengan adanya kerja sama ini, Kementerian Kamboja berharap agar industri halal yang dijalankan telah sesuai dengan syariat Islam, termasuk proses penyembelihan hewan yang harus sesuai dengan ketentuan agama dan menghindari produk makanan yang dilarang.

Juru Bicara Kementerian Perdagangan Soeung Sophary mengatakan, komite ini bertujuan untuk menyelesaikan sertifikasi halal, paling lambat awal tahun depan. "Kami tidak pernah memiliki sertifikasi halal sebelumnya, jadi ini adalah titik awal yang penting," ujar Soeung, seperti dilansir http:cambodiadaily.com.

Walaupun belum ada sertifikasi halal di Kamboja, sudah ada beberapa restoran halal yang beroperasi di negara tersebut. Nantinya, restoran yang telah beroperasi ini akan melakukan penyesuain dengan standardisasi halal yang diberlakukan pemerintah. 

 

*Artikel ini telah dimuat di Harian Republika, Kamis, 08 Desember 2016 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement