Kamis 27 Aug 2020 01:05 WIB

Laporan: Pangeran Saudi Batalkan Pertemuan dengan Netanyahu

Pertemuan dengan Netanyahu menurut sebuah laporan dibatalkan pangeran Saudi.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Laporan: Pangeran Saudi Batalkan Pertemuan dengan Netanyahu. Foto ilustrasi:  Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbicara selama pernyataan bersama kepada pers dengan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo setelah pertemuan mereka, di Yerusalem, Senin, 24 Agustus 2020.
Foto: AP/Debbie Hill/Pool UPI
Laporan: Pangeran Saudi Batalkan Pertemuan dengan Netanyahu. Foto ilustrasi: Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbicara selama pernyataan bersama kepada pers dengan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo setelah pertemuan mereka, di Yerusalem, Senin, 24 Agustus 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman telah membatalkan kunjungan ke AS pada pekan depan untuk bertemu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Pembatalan ini di tengah kekhawatiran bocornya informasi perjalanan itu menurut laporan Middle East Eye yang dikutip Anadolu Agency, Rabu (26/8).

Presiden AS Donald Trump dan penasihat senior Gedung Putih Jared Kushner merencanakan pertemuan itu sebagai kesempatan untuk memperkenalkan kembali citra Salman sebagai pembawa damai. Selain itu juga untuk memenangkan dukungan regional untuk kesepakatan normalisasi yang ditengahi AS yang kontroversial antara Uni Emirat Arab dan Israel.

Baca Juga

Pertemuan yang berlangsung mungkin menunjukkan bahwa Arab Saudi dapat mengambil langkah serupa untuk menormalkan hubungannya dengan Israel. Putra mahkota diharapkan tiba di Washington DC pada 31 Agustus tetapi kunjungan itu dibatalkan pada Sabtu kemarin ketika dia mengetahui bahwa berita kunjungan itu telah bocor.

Salman rupanya ingin kunjungan itu dirahasiakan sehingga banyak lawannya di negara itu tidak punya waktu untuk merencanakan melawannya. Awal bulan ini sendiri, UEA dan Israel mengumumkan perjanjian kontroversial yang ditengahi AS untuk menormalkan hubungan, termasuk membuka kedutaan di wilayah masing-masing.

Menyusul Mesir pada 1979 dan Yordania pada 1994, UEA akan menjadi negara Arab ketiga yang menandatangani perjanjian damai dengan Israel. Kelompok-kelompok Palestina mengecam kesepakatan UEA-Israel. Mereka mengatakan langkah itu mengabaikan hak-hak Palestina dan tidak melakukan apa pun untuk melayani perjuangan Palestina.

Saat mengunjungi Jerman, Menteri Luar Negeri Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud, menggambarkan kesepakatan normalisasi sebagai kontribusi potensial untuk perdamaian di wilayah tersebut. Itu adalah reaksi resmi pertama Riyadh terhadap kesepakatan itu.

Terlepas dari komentarnya yang positif, Pangeran Faisal tidak mengisyaratkan kesiapan kerajaan untuk mengambil langkah serupa untuk menormalkan hubungan dengan Israel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement