Kamis 27 Aug 2020 01:19 WIB

Fabio Quartararo Minta Yamaha Lakukan Banyak Perbaikan

Quartararo kini hanya menyisakan keunggulan tiga angka dari Andrea Dovizioso.

Rep: Afrizal Rosikhul Ilmi/ Red: Endro Yuwanto
Pembalap MotoGP Fabio Quartararo dari tim Petronas Yamaha SRT.
Foto: EPA-EFE/ROMAN RIOS
Pembalap MotoGP Fabio Quartararo dari tim Petronas Yamaha SRT.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemimpin klasemen sementara MotoGP, Fabio Quartararo, meminta kepada tim Yamaha untuk memperbaiki masalah kinerja motornya. Quartararo yang memenangkan podium pertama di dua race awal, kini hanya menyisakan keunggulan tiga angka dari Andrea Dovizioso yang mengoleksi 67 poin di tempat kedua klasemen sementara.

"Benar-benar tidak positif. Kami perlu memahami apa yang terjadi karena sebenarnya kami melihat semua titik lemah pada motor yang kami miliki. Rasanya sangat aneh karena jujur, saya pikir potensinya lebih tinggi," kata Quartararo seusai gelaran MotoGP Styria, dikutip dari Crash, Rabu (26/8).

Quartararo finis di urutan ke-13 pada GP Styria di antara pembalap Aprilia Aleix Espargaro dan rekan senegaranya Johann Zarco yang mengendarai dengan tulang yang baru saja retak di pergelangan tangan kanannya.

"Saya berada di belakang Aleix sepanjang balapan, dan saya dapat melihat bahwa motornya bermasalah di banyak area yang tidak saya duga. Jadi selain masalah rem, kami memiliki banyak masalah lain," jelas Quartararo. "Nomor satu adalah kecepatan. Kami perlu menemukan solusi untuk ini karena ini akan menjadi masalah di Barcelona, ​​Aragon, dan Valencia, di mana ada banyak pertandingan lurus."

Keempat pembalap Yamaha berada di peringkat lima terbawah untuk kecepatan selama akhir pekan GP Styria. Meskipun Quartararo tidak ingin mengungkapkan semua informasi yang dia berikan kepada Yamaha, pengereman juga jelas merupakan masalah.

Yamaha telah mengubah remnya satu pekan sebelumnya tetapi masih berjuang dengan kepanasan, sementara peralihan ke sistem spesifikasi Brembo yang lebih baru untuk akhir pekan kedua juga jauh dari perbaikan yang sempurna. "Selama balapan, itu maksimal. Tuasnya datang setiap kali lebih lunak. Jadi tiba ke (titik) yang tidak memiliki rem. Sangat berbahaya, dan tidak percaya diri," jelas Quartararo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement