Rabu 26 Aug 2020 10:25 WIB

Islam Hadir di Papua Diperikirakan Sejak Abad ke-2 Hijriyah

Pendakwah Islam datang dari Irak ke Kepulauan Maluku abad ke-2 Hijriyah.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nashih Nashrullah
Pendakwah Islam datang dari Irak ke Kepulauan Maluku abad ke-2 Hijriyah Umat muslim meninggalkan Masjid Agung Babussalam seusai mengikuti sholat Idul Adha 1441 H di Timika, Papua, Jumat (31/7/2020).
Foto: SEVIANTO PAKIDING/ANTARA
Pendakwah Islam datang dari Irak ke Kepulauan Maluku abad ke-2 Hijriyah Umat muslim meninggalkan Masjid Agung Babussalam seusai mengikuti sholat Idul Adha 1441 H di Timika, Papua, Jumat (31/7/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Perjalanan panjang syiar Islam ke Papua nyatanya jauh lebih panjang dibandingkan dengan usia Indonesia. Fakta sejarah membuktikan, jauh sebelum para misionaris menginjakkan kaki di wilayah tersebut, mubaligh-mubaligh Islam telah lebih dulu berada di Papua tepatnya pada 1855 Masehi. 

Dalam buku Muslim Papua karya Dhurorudin Marshad dijelaskan, aktivitas dakwah Islam di Papua merupakan rangkaian panjang syiar Islam di Nusantara yang sudah dimulai sejak abad ke-7 Masehi dengan wilayah dakwah pertama di pesisir utara Sumatera. 

Baca Juga

Sejarah masuknya Islam di wilayah Maluku dan Papua dapat ditelusuri dari berbagai sumber, baik lisan maupun tulisan. Dalam buku-buku sejarah mainstream disebutkan bahwa Islam masuk ke Ternate (Maluku) baru di sekitar tahun jatuhnya kerajaan Hindu Majapahit pada 1478 Hijriyah atau 1518 Masehi. 

Namun, informasi alternatif berupa tradisi lisan setempat ternyata menyebut bahwa pada abad ke-2 Hijriyah (abad 8 Masehi) telah tiba di Kepulauan Maluku Utara empat orang syekh asal Irak. 

Kedatangan mereka dikaitkan dengan pergolakan politik di mana golongan Syiah dikejar-kejar penguasa Bani Umayah. Keempat orang Arab itu lari ke Maluku yang memang tak asing bagi para pedagang Arab yang mencari rempah-rempah.  

Keempat orang itu bernama Syekh Mansyur, Syekh Yakub, Syekh Amin, dan Syekh Umar. Syekh Umar lantas menyiarkan Islam di Ternate dan Halmahera muka, sedangkan Syekh Yakub menyiarkan Islam di Tidore dan Makian. Adapun kedua syekh yang lain menyiarkan Islam di Halmahera belakang, Maba, Patani, dan sekitarnya lalu keduanya dikabarkan kembali ke Irak.  

Perjalanan panjang Islam masuk ke Papua dan wilayah timur Indonesia memang terekam jelas dengan peninggalan bukti fisik yang masih dapat ditemuui. Misalnya, nama Maluku pun diambil dari kata Jazirah Al-Mulk yakni nama yang diberikan para saudagar Arab yang berarti Negeri Raja-Raja.  

Selain itu, dikenal juga istilah Jazirah tuil Jabal Mulku dengan Halmahera sebagai pulau induk bagi kawasan. Dari kata Muluk dan Mulku inilah yang kemudian menjadi Moluco (menurut dialek ortografi orang Portugis), Moluken (dialek Belanda), dan Maluku (dialek Indonesia). 

Semula yang disebut Maluku hanya meliputi pulau-pulau yang menghasilkan cengkih yang terletak di sebelah barat Pulau Halmahera yaitu Ternate, Tidore, Moti, Makian, dan Bacan. 

Namun demikian, pada perkembangan waktu, pulau Halmahera juga digolongkan Maluku bahkan akhirnya pengertiannya diperluas pada pulau-pulau penghasil cengkih dan pala. Karena itu, pengertian Maluku (sekarang meliputi provinsi Maluku dan Maluku Utara) versi terakhir mencakup kepulauan yang terletak antara Sulawesi dan Papua. 

Catatan sejarah tentang Jazirah tuil Jabal Mulku berlanjut dengan kemunculan Kesultanan Moloku Kie Raha (Kesultanan Empat Gunung di Maluku). Yang terdiri atas Kesultanan Bacan, Kesultanan Jailolo, Kesultanan Tidore, dan Kesultanan Ternate. Dalam sejarah keempat itu, terdapat catatan yang tampaknya sangat kontroversial terutama terkait dengan sejarah keislaman para penguasa Moloku Kie Raha itu. 

Dalam beberapa catatan sejarah mainstream misalnya disebutkan, Raja Bacan pertama pemeluk Islam bernama Sultan Zainal Abidin yang bersyahadat pada tahun 1521 Masehi. 

Sedangkan Raja Ternate pertama yang menjadi Muslim bernama Marhum pada 1465 Masehi. Adapun Raja Tidore yang pertama masuk Islam bernama Ciriliyati di tahun 1495 Masehi, berlanjut kepada Raja Jailolo pertama yang menjadi Muslim yakni Sultan Hasanuddin pada abad ke-15 Masehi. 

Namun bagaimanapun, catatan sejarah memang membuktikan terjadinya perjalanan panjang masuknya Islam di tanah Papua. Di mana masuknya Islam tersebut makin memperkaya keragaman budaya di bumi cendrawasih NKRI tercinta. 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement