Rabu 26 Aug 2020 09:45 WIB

Jacob Blake, Bukti Kekerasan ke Kulit Hitam AS Terus Terjadi

Jacob Blake divonis lumpuh usai penembakannya oleh kepolisian Wisconsin.

Warga berunjuk rasa, Selasa (25/8) waktu AS, di Kenosha, Wisconsin. Kemarahan tampak di para pengunjuk rasa pascapenembakan pria kulit hitam Jacob Blake oleh kepolisian setempat.
Foto: AP Photo/Morry Gash
Warga berunjuk rasa, Selasa (25/8) waktu AS, di Kenosha, Wisconsin. Kemarahan tampak di para pengunjuk rasa pascapenembakan pria kulit hitam Jacob Blake oleh kepolisian setempat.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rizky Jaramaya, Dwina Agustin, Indira Rezkisari

Kekerasan terhadap warga kulit hitam di Amerika oleh kepolisian masih berlanjut. Insiden terbaru terjadi pada pria Afrika Amerika, Jacob Blake (29 tahun), yang ditembak oleh polisi di negara bagian Wisconsin. Akibatnya, Blake mengalami kelumpuhan. Ia ditembak beberapa kali saat membuka pintu mobilnya di Kenosha dan satu peluru menembus sumsum tulang belakangnya.

Baca Juga

Pengacara Blake, Ben Crump, mengatakan peluru yang menembus sumsum tulang belakang Blake telah membuatnya lumpuh. Tim dokter tidak yakin apakah Blake dapat berjalan kembali.

Nyawa Blake masih tertolong setelah mendapatkan tembakan yang disaksikan ketiga anaknya. Pengacara mengatakan, Blake lumpuh dari pinggang ke bawah yang kemungkinan akan permanen dan memiliki lubang di perutnya.

"Keluarganya percaya pada keajaiban, tetapi diagnosis medis saat ini adalah bahwa dia lumpuh  karena peluru itu memutuskan sumsum tulang belakangnya dan menghancurkan beberapa tulang punggungnya, akan membutuhkan keajaiban bagi Jacob Blake Jr untuk bisa berjalan lagi," ujar Crump, dilansir BBC, Rabu (26/8).

Blake ditembak ketika membuka pintu mobilnya. Di dalam mobil tersebut ada anak laki-laki Blake yang masih kecil. Crump mengatakan, anak laki-laki Blake terkena tembakan peluru di perutnya, mengalami cedera di lengan serta kerusakan pada ginjal dan hatinya. Sebagian besar usus besar dan usus kecil anak lelaki kecil itu harus diangkat.  

Penembakan terhadap Blake terjadi ketika AS sedang bergulat dengan perlakuan rasisme terhadap orang Afrika-Amerika oleh penegak hukum. Kecaman mengenai anti-rasisme telah meluas di AS setelah kematian George Floyd pada Mei lalu di Minneapolis.

Polisi mengatakan, mereka menanggapi panggilan karena terjadi insiden rumah tangga di kediaman Blake, di wilayah Kenosha pada Ahad (23/8). Sejauh ini tidak diketahui siapa yang menelpon polisi dan apa yang terjadi dalam rumah tangga Blake sebelum penembakan.

Dalam sebuah rekaman video, Blake membuka pintu mobil dan dikejar oleh dua petugas kepolisian. Salah satu petugas menarik baju Blake dan melepaskan tembakan. Dalam video tersebut dapat terdengar bahwa polisi telah melepaskan tujuh tembakan ke punggung Blake.

Para saksi di sekitar lokasi penembakan berteriak, termasuk tunangan Blake, Laquisha Booker. Dia mengatakan, anak-anaknya sedang duduk di kursi belakang mobil ketika penembakan terjadi. Mereka berteriak ketika ayah mereka diberondong peluru oleh polisi.

photo
Jacob Blake (kanan) menjadi korban penembakan polisi di Kenosha, Wisconsin, pada Ahad (23/8). Penembakan Blake menambah panjang daftar warga kulit hitam yang menjadi korban kekerasan kepolisian di Amerika. - (AP)

Keluarga Jacob Blake emosi akibat penembakan putranya. “Mereka menembak anak saya tujuh kali. Tujuh kali! Seperti dia tidak penting. Anakku penting. Dia manusia dan dia penting," ujar ayah korban, Jacob Blake Sr.

Tetangga Blake, Raysean White kepada CNN, mengungkapkan apa yang dilihatnya malam itu. White adalah tetangga yang juga merekam aksi kebrutalan polisi kepada Blake. "Sangat mengganggu melihat keluar jendela tempat saya tinggal dan lihat pria ini ditembak tujuh kali," kata White.

Pada pukul 17.11 White melihat Blake turun dari mobilnya dan mendekati putranya yang sedang di kebun rumahnya. Blake meminta putranya naik ke mobil sementara Blake berjalan ke arah apartemen dengan seorang wanita mengikuti di belakang.

Tiba-tiba situasi normal di Ahad sore itu berubah. Polisi datang dan langsung bergulat dengan Blake.

"Seorang polisi mengunci posisi Blake dengan headlock dan memukulnya di bagian perutnya, seorang lagi mengunci headlock di sisi lain dan menarik-narik lengannya," kata White.

Ia melanjutkan, setelah mereka memukulnya di perut seorang petugas kepolisian wanita menyetrum Blake. Blake dilihatnya lalu bersandar ke mobil.

"Para polisi lanjut bergulat dengannya menuju mobil dan dia lalu mengarah ke sisi lain mobil. Ketika polisi ada di sisi lain mobil, saya mulai memvideokan keadaan," ujar White.

Setelah itu penembakan terjadi. Ketika Blake coba masuk ke mobilnya, saat itu tujuh tembakan terdengar.

"Polisi yang menembak, dia lalu berlutut. Dia mencoba menolong Blake. Dia mengenakan sarung tangan biru. Bala bantuan datang. Polisi lain mencoba menolongnya," kata White.

Malam itu White tidak bisa tidur. Dia mengaku marah dan trauma. Tapi White yakin, anak-anak Blake yang melihat insiden itu pasti jauh lebih trauma dibandingnya.

Catatan pengadilan menunjukkan, ada surat perintah penangkapan terbuka terhadap Blake atas tuduhan pelecehan seksual dan tuduhan pelecehan dalam rumah tangga. Tetapi polisi belum mengatakan apakah petugas mengetahui hal ini ketika mereka menanggapi panggilan bahwa ada keributan di kediaman Blake.

Blake mendapatkan tujuh tembakan yang dilepaskan ke arahnya dari jarak dekat oleh polisi. Peristiwa ini terjadi ketika dia mencoba untuk menghentikan perkelahian antara dua wanita.

Video yang diambil oleh seorang tetangga menunjukkan Blake berjalan menuju pintu samping mobil SUV miliknya, menjauh dari dua petugas yang menodongkan senjata ke punggungnya. Setelah dia membuka pintu dan bersandar ke dalam mobil, tujuh tembakan terdengar, dengan salah satu petugas menarik kemejanya. Polisi belum menjelaskan mengapa Blake ditembak.

photo
Seorang pria menyaksikan bisnis terbakar pada malam kedua kerusuhan setelah penembakan Jacob Blake oleh petugas polisi, di Kenosha, Wisconsin, AS, 24 Agustus 2020. Menurut laporan media, Jacob Blake, seorang pria kulit hitam, ditembak oleh seorang petugas polisi atau petugas Kenosha yang menanggapi panggilan gangguan domestik pada tanggal 23 Agustus, memicu protes dan kerusuhan. Blake dibawa dengan ambulans udara ke rumah sakit Milwaukee, Wisconsin dan protes dimulai setelah video insiden tersebut diunggah di media sosial. - (EPA-EFE/TANNEN MAURY)

Departemen Kehakiman Wisconsin sedang menyelidiki insiden penembakan itu. Sementara petugas polisi yang terlibat diberikan cuti administratif. Beberapa jam setelah penembakan Blake, ratusan orang datang ke markas polisi Kenosha. Mereka membakar mobil-mobil polisi.

Gubernur Wisconsin, Tony Evers telah mengerahkan pasukan Garda Nasional ke Kenosha untuk melindungi gedung-gedung negara dan mengamankan wilayah tersebut dari kerusuhan.

Setelah penembakan pada Ahad (23/8), warga turun kejalan hingga Selasa (25/8) dan terus merambat ke wilayah sekitar Kenosha. Bentrokan dilaporkan terjadi di Portland, Oregon, Seattle, dan Minneapolis pada Senin. Sedangkan di New York, para demonstran memenuhi Jembatan Brooklyn.

Sedangkan di Kenosha jam malam ditetapkan mulai pukul 20.00 pada Senin waktu Amerika, meski diabaikan oleh pada demonstran. Saat malam semakin larut, demonstrasi yang sebagian besar damai berubah menjadi kekerasan, dengan beberapa orang menyalakan kembang api dan yang lainnya membakar gedung.

Menurut pengunjuk rasa Porche Bennett, polisi setempat yang didukung oleh pasukan Garda Nasional, menembakkan gas air mata, peluru karet, dan bom asap untuk membubarkan massa. Dia mengatakan, kebakaran telah menghancurkan sebagian besar kawasan bisnis orang kulit hitam.

"Orang-orang dari luar kota yang melakukan ini. Kami sudah berbelanja di sana sejak kami masih kecil, dan mereka membakarnya," kata warga Kenosha ini, dikutip dari Reuters.

Sepanjang tahun ini Amerika diwarnai oleh aksi Black Lives Matter yang merupakan bentuk protes atas kematian sejumlah warga kulit hitam akibat ditembak oleh polisi. Sebelum Jacob Blake, di bulan Juni ada Rayshard Brooks (27 tahun) yang ditembak oleh seorang petugas polisi.

Ini merupakan insiden kematian warga Afrika-Amerika kedua oleh polisi dalam tiga pekan, menyusul kasus George Floyd pada 25 Mei di Minneapolis yang telah memicu aksi protes menentang rasisme di berbagai belahan dunia.

Lalu pada 13 Maret 2020 ada Breona Taylor (26 tahun) yang ditembak oleh tiga polisi dari Departemen Kepolisian Metro Louisville.

Dikutip dari Statista, tren penembakan fatal oleh kepolisian di Amerika terus meningkat. Hingga 29 Juli 2020 tercatat ada 558 orang yang tertembak. Sebanyak 111 di antaranya berkulit hitam.

Pada 2018 terdapat 996 penembakan oleh polisi, angkanya naik hingga mencapai 1.004 kasus pada 2019.

Data menunjukkan populasi yang paling banyak menjadi korban penembakan polisi adalah warga kulit hitam. Menilik dari populasi, angka penembakan fatal polisi ke warga kulit hitam mencapai 31 orang per satu juta penduduk per Juli 2020. Kasus kekerasan kepolisian kepada warga kulit hitam di Amerika menjadi sorotan sejak penembakan Michael Brown di Ferguson, Missouri, pada tahun 2014.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement