Selasa 25 Aug 2020 21:24 WIB

Dua Penyintas Covid-19 di Eropa Kembali Kena Covid-19

Sebelumnya, Hong Kong melaporkan kasus infeksi ulang Covid-19.

Warga Belgia beraktivitas di tengah pandemi Covid-19. Kasus infeksi ulang ditemukan pada dua warga Eropa.
Foto: EPA-EFE/OLIVIER HOSLET
Warga Belgia beraktivitas di tengah pandemi Covid-19. Kasus infeksi ulang ditemukan pada dua warga Eropa.

REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Dua penyintas di Eropa dipastikan kembali terinfeksi virus corona tipe baru, SARS-CoV-2, penyebab Covid-19. Kabar itu meningkatkan kekhawatiran tentang imunitas warga terhadap virus tersebut saat dunia sedang berjuang menjinakkan pandemi, menurut lembaga penyiar publik regional.

Kabar itu menyusul sebuah laporan pekan ini dari para peneliti di Hong Kong bahwa seorang pria kembali dinyatakan positif Covid-19 usai dinyatakan sembuh 4,5 bulan yang lalu. Hal tersebut memicu kekhawatiran mengenai keampuhan calon vaksin melawan virus tersebut, meski para ahli mengatakan perlu lebih banyak kasus infeksi ulang agar kondisi ini dapat dibenarkan.

Baca Juga

Lembaga penyiar pada Selasa memberitakan bahwa seorang pasien di Belanda dan juga di Belgia kembali terinfeksi virus SARS-CoV-2, yang telah menyebabkan ratusan ribuan orang di seluruh dunia meninggal dan membuat ekonomi global babak belur.

Lembaga penyiar NOS Belanda, yang mengutip ahli virus Marion Koopmans, melaporkan pasien di Belanda merupakan orang tua dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Menurutnya, kasus di mana orang-orang yang sudah lama terjangkit virus dan kemudian kembali terinfeksi maka mereka lebih diketahui.

Namun infeksi ulang yang sesungguhnya, seperti di Belanda, Belgia dan Hong Kong, mengharuskan pengujian genetik virus baik dalam infeksi pertama maupun kedua untuk melihat apakah kedua contoh virus sedikit berbeda. Koopmans, yang juga penasihat pemerintah Belanda, mengatakan infeksi ulang telah diprediksikan.

"Bahwa seseorang dapat terinfeksi kembali, tidak membuat saya merasa aneh," ucapnya. "Kami harus melihat apakah itu sering terjadi."

Pejabat Kementerian Kesehatan Belanda tidak langsung menanggapi permintaan untuk berkomentar. Ahli virus asal Belgia Marc Van Ranst mengatakan kepada lembaga penyiar VRT bahwa dirinya tidak kaget dengan laporan infeksi ulang di Hong Kong.

"Bagi kami itu bukan berita sebab kami juga mempunyai kasus seperti itu di Belgia," katanya kepada program Terzake.

Kasus di Belgia adalah seorang perempuan yang pertama kali terinfeksi Covid-19 pada pekan kedua Maret dan kembali terinfeksi pada Juni.

"Saya rasa dalam beberapa hari ke depan kami akan melihat kisah serupa lainnya ... Ini bisa saja aneh, tetapi memang ada dan itu bukan hanya satu," kata Van Ranst. "Bukan berita yang bagus."

Van Ranst mengatakan bahwa dalam kasus seperti perempuan Belgia, di mana gejala Covid-19 relatif ringan, tubuh mungkin tidak menghasilkan antibodi yang cukup untuk mencegah infeksi ulang, meskipun antibodi itu sendiri mungkin membantu membatasi penyakit tersebut.

sumber : Antara, Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement