Selasa 25 Aug 2020 16:07 WIB

Rohingya Gelar Aksi Diam Peringati 3 Tahun Eksodus

Kekerasan di Myanmar membuat Rohingya eksodus ke Bangladesh

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Pengungsi Rohingya berkumpul di Teknaf dekat Cox
Foto: AP/Suzauddin Rubel
Pengungsi Rohingya berkumpul di Teknaf dekat Cox

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Pengungsi muslim Rohingya di Bangladesh menggelar 'protes hening' dalam peringatan tahun ketiga mereka mengungsi dari Myanmar. Pertempuran antara pemberontak dengan militer Myanmar memaksa warga sipil Rohingya eksodus ke negara tetangga.  

Lebih dari 1 juta orang Rohingya tinggal di pemukiman pengungsi terbesar di dunia yang terletak di selatan Bangladesh. Kemungkinan mereka kembali ke Myanmar sangat kecil, masyarakat minoritas muslim itu tidak mendapatkan hak kewarganegaraan di negara Asia Tenggara itu.

Baca Juga

Para pengungsi mengatakan wabah virus corona membuat mereka tidak bisa menggelar pertemuan massal untuk memperingati hari yang mereka sebut 'Hari Peringatan'. Pihak berwenang mengatakan mereka menemukan 88 kasus infeksi virus corona di pemukiman pengungsi tersebut.

Tiga tahun yang pemberontak Rohingya menyerang 30 kantor polisi dan pangkalan militer di Negara Bagian Rakhine, Myanmar dan membunuh 12 orang petugas keamanan. Pembalasan yang digelar pemerintah Myanmar memaksa 730 ribu warga Rohingya mengungsi ke Bangladesh yang disusul 200 ribu orang lainnya.

"Kami dipaksa keluar dari tanah air kami untuk berada di pemukiman pengungsi terbesar di dunia," kata kelompok masyarakat Rohingya dalam pernyataan mereka, Selasa (25/8).

PBB mengatakan tindakan militer Myanmar di Rakhine bermuatan maksud ingin menggelar genosida. Myanmar membantah tuduhan tersebut dan mengatakan mereka memiliki hak menggelar operasi militer untuk menumpas pemberontakan kelompok Rohingya dan para pemberontak yang bertanggung jawab atas sebagian besar kekerasan yang terjadi di Rakhine termasuk membakar desa-desa.

Pengungsi mengatakan selama berpuluh-puluhan masyarakat Rohingya menghadapi 'genosida terselubung' di Myanmar. Mereka mendesak PBB dan organisasi internasional lainnya untuk mendeklarasikan apa yang terjadi terhadap mereka pada 2017 lalu sebagai genosida.

"Mohon berdiri bersama masyarakat Rohingya yang tak bersalah dan lalu harapannya kami dapat kembali pulang ke rumah," tambah kelompok itu dalam pernyataan mereka. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement