Selasa 25 Aug 2020 13:19 WIB

Konsumsi dan Investasi, Kunci Ekonomi Bisa Tumbuh Tahun Ini

Fokus utama pemerintah adalah mengembalikan konsumsi dan investasi ke zona positif.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolandha
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan, kunci utama agar ekonomi dapat masuk ke zona positif adalah pertumbuhan konsumsi dan investasi yang juga positif, atau setidaknya berada pada level nol persen.  
Foto: Republika
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan, kunci utama agar ekonomi dapat masuk ke zona positif adalah pertumbuhan konsumsi dan investasi yang juga positif, atau setidaknya berada pada level nol persen.  

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah memprediksi, ekonomi Indonesia mampu tumbuh dalam rentang minus 1,1 persen sampai 0,2 persen sepanjang 2020. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan, kunci utama agar ekonomi dapat masuk ke zona positif adalah pertumbuhan konsumsi dan investasi yang juga positif, atau setidaknya berada pada level nol persen.  

Apabila dua indikator tersebut masih tumbuh di zona negatif, Sri mengatakan, ekonomi Indonesia akan sulit untuk masuk dalam zona netral nol persen. Prediksi tersebut disampaikannya di tengah kerja keras pemerintah yang sudah all out dari sisi belanja.  

Baca Juga

Sri menuturkan, fokus utama pemerintah saat ini adalah mengembalikan konsumsi dan investasi ke zona positif pada sisa dua kuartal ini. Sebelumnya, pada kuartal kedua, masing-masing indikator itu tumbuh negatif 5,51 persen  dan 8,61 persen. "Ini jadi sesuatu yang harus kita lihat dan monitor pada kuartal ketiga dan keempat," ujarnya dalam dalam paparan kinerja APBN secara virtual pada Selasa (25/8).

Dari sisi investasi, Sri mengatakan, Presiden Joko Widodo telah meminta ke beberapa menteri untuk fokus melihat indikator investasi. Diharapkan, investasi sebagai salah satu penyokong pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mulai pulih, setidaknya tumbuh mendekati nol persen. 

Sementara itu, pemerintah berharap banyak pada dampak pemberian bantuan sosial untuk mendorong konsumsi. Meski masih tidak sempurna dalam pendataan, Sri mengatakan, transfer bantuan ke masyarakat dapat membantu mereka untuk berbelanja.

Terlebih, belanja pemerintah untuk bantuan sosial tercatat meningkat signifikan. Sampai akhir Juli, jenis belanja ini tumbuh  55,9 persen dibandingkan tahun lalu menjadi Rp 117 triliun. "Ini bisa menetralisir," tutur Sri.

Hanya saja, Sri mengakui, bantuan sosial saja tidak akan mampu mengungkit pertumbuhan konsumsi ke nol persen. Konsumsi masih akan negatif apabila belanja masyarakat kelas menengah dan atas belum mengalami pemulihan setelah tertekan akibat pandemi Covid-19. Dalam hal ini, peningkatan kepercayaan konsumen menjadi penting.

Oleh karena itu, Sri memastikan, pemerintah akan menggunakan berbagai instrumen untuk mengembalikan kepercayaan diri tersebut sekaligus mendorong investasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement