Senin 24 Aug 2020 19:15 WIB

Israel Gencarkan Serangan ke Gaza

Pos dan fasilitas milik kelompok Hamas jadi sasaran serangan udara Israel

Rep: Kamran Dikarma/Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Api dan asap tampak dari gedung yang dihantam serangan udara militer Israel di selatan Jalur Gaza, Senin (24/2).
Foto: Ibraheem Abu Mustafa/Reuters
Api dan asap tampak dari gedung yang dihantam serangan udara militer Israel di selatan Jalur Gaza, Senin (24/2).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Pesawat tempur Israel menggencarkan serangan udara ke Jalur Gaza pada Senin (24/8) pagi waktu setempat. Pos dan fasilitas milik kelompok Hamas menjadi sasaran utama.

Dilaporkan laman Aljazirah militer Israel mengatakan, serangan terbaru yang mereka lancarkan mengincar terowongan Hamas dan beberapa titik militer. Menurut kantor berita Palestina WAFA, pesawat tempur Israel menargetkan area di timur kota al-Qarara, di selatan kota Khan Younis. Setidaknya tiga misil diluncurkan dan meninggalkan kawah yang dalam.

Baca Juga

Selain itu, Israel meluncurkan artileri dan menghantam situs di timur Rafah di Jalur Gaza selatan. Serangan tersebut menyebabkan situs terkait hancur dan terbakar. Sejauh ini tidak ada korban jiwa yang dilaporkan. Serangkaian serangan Israel merupakan respons atas peluncuran balon pembakar dari Gaza yang diyakini didalangi Hamas.

Tak hanya melakukan serangan, Israel telah menangguhkan pengiriman bahan bakar minyak ke Gaza pekan lalu. Hal itu menyebabkan satu-satunya pembangkit listrik di wilayah yang diblokade itu ditutup. Menurut warga, penutupan itu menyebabkan pasokan listrik di sana berkurang dari enam jam menjadi empat jam per hari.

Saat ini dua juta penduduk Gaza menikmati listrik sekitar enam jam sehari kemudian diikuti pemadaman selama sepuluh jam. Rumah tangga dan aktivitas bisnis di Gaza telah bergantung pada generator untuk menyiasati pemadaman listrik yang berkepanjangan. Hal tersebut meningkatkan tekanan keuangan pada masyarakat yang sebagian besar hidup dalam kemiskinan.

Gaza, yang diblokade sejak 2007, menggantungkan sebagian besar kebutuhan energinya pada Israel. Hal itu membuat Israel dapat dengan mudah menekan kelompok atau faksi perlawanan yang berbasis di wilayah tersebut. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement