Senin 24 Aug 2020 05:40 WIB

Pencemaran Sungai Ciliwung Saat Ini Semakin Parah

Padepokan Ciliwung Condet dukung naturalisasi sungai, bukan betonisasi ala Ahok.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Erik Purnama Putra
Petugas menyusuri Sungai Ciliwung di Kota Depok, Jawa Barat, Senin (17/8).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Petugas menyusuri Sungai Ciliwung di Kota Depok, Jawa Barat, Senin (17/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mengembalikan sistem ekologi dari sebuah sungai tidak bisa diselesaikan dari satu titik saja. Tidak terkecuali untuk Sungai Ciliwung. Sungai sepanjang sekitar 120 kilometer (km) ini kerap menimbulkan banjir tahunan di wilayah hilirnya, yakni DKI Jakarta dan sekitarnya.

Pengurus Institute for Jakarta River Restoration (IJJR), Yanto menegaskan, masalah Ciliwung tak hanya bicara tentang Jakarta, melainkan juga Kabupaten Bogor sebagai lokasi hilir. "Membicarakan restorasi ekologi Sungai Ciliwung nggak bisa bicarakan hanya di Jakarta saja sebagai hilirnya, tapi juga dibicarakan dari hulunya," ujar Yanto dalam diskusi daring restorasi ekologi Sungai Ciliwung yang diadakan Jaringan Rakyat Sadar Lingkungan (Jarak Saling) dan Padepokan Ciliwung Condet (PCC) di Jakarta, Ahad (23/8).

Yanto menjelaskan, hal yang dibutuhkan adalah kesadaran amsyarakat dan pemerintah untuk mengembalikan Ciliwung ke kondisi asalnya. Ekosistem yang terdiri dari biota, yakni tanaman, hewan, dan mikroorganisme yang ada di Ciliwung harus dipulihkan. Pemulihannya pun bisa dimulai dari kualiras air.

"Jika dibandingkan dengan Sungai Cheonggyecheon di Korea, air di sana jernih, mengalir sepanjang waktu, ikan bisa hidup. Jika kita ingin menyaksikan Ciliwung seperti ini, syaratnya adalah butuh kondisi air yang baik," kata Yanto.

Kondisi air yang baik bisa dilihat dari beberapa aspek. Misalnya, kadar oksigen yang dimiliki air tersebut. Indikatornya, ikan bisa hidup di lingkungan tersebut atau tidak.

Saat ini, kata dia, kadar oksigen atau dissolved oxygen (DO) Ciliwung dari hulu ke hilir semakin kecil. Yanto mengatakan, jika DO berada di bawah angka dua artinya kualitas air di lingkungan tersebut buruk.

"Pemantauan ambil dari 2010-2017, kalo diambil rata-rata per-tahunnya di hulu agak bagus berada di angka empat sekian, kemudian turun ke hilir sampai 0 sekian. Semakin ke hilir semakin jelek," ucap Yanto.

Sejak 2011 hingga 2017, kadar minyak dan lemak di Ciliwung naik dari 0.95 miligram (mg) per liter pada 2011 hingga 172.7 mg per liter pada 2017. Tak hanya minyak dan lemak, detergen juga menyebabkan pencemaran pada air.

Untuk menyelesaikannya, Yanto menyarankan untuk melakukan pendekatan terpadu ke masyarakat penghuni bantaran. Pasalnya minyak, lemak, dan detergen yang mencemari air asalnya dari kehidupan manusia di sekitar sungai. Misalnya, dengan meminta pemerintah untuk menggalakkan pembuatan sumur resapan. "Harusnya dari pemerintah diwajibkan, bukan hanya disarankan," tutur Yanto.

Pengurus Jarak Saling, Yuno Abeta Lahay, menjelaskan, restorasi ekologi Ciliwung memang bisa dilakukan jika semua pihak dapat duduk bersama. Yuno justru menambahkan, selain diperbaiki ekosistemnya, Ciliwung sebaiknya dijadikan destinasi menarik agar aktif di bidang ekonomi.

"Sebuah hal yang lumrah dan manusiawi kalau manusia dapat nilai tambah dan nafkah dari lingkungan, hal itu akan secara otomatis dijaga, bahkan dikembangkan terus menerus," kata Yuno yang juga dikenal sebagai 'Dokter Ciliwung'.

Yuno menjelaskan, sandingan antara turisme dengan perbaikan ekologi Ciliwung bisa berkelanjutan dan memberi dampak luas bagi masyarakat. Contohnya sama dengan yang dijelaskan oleh Yanto sebelumnya, yakni Sungai Cheonggyecheon di Korsel. "Melihat hasil akhir sungai tersebut jadi spot wisata, saya pikir kita juga bisa melakukan itu," kata Yuno.

Ketua Yayasan PCC, Lantur Maulana berharap, program naturalisasi sungai yang dicetuskan Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan dapat terealisasi. Lantur mengaku, ia menolak program betonisasi sungai yang dilakukan oleh gubernur DKI periode sebelumnya, yaitu Basuki Tjahja Purnama atau Ahok.

Lantur menargetkan, ke depannya masyarakat bisa bersama-sama melakukan sebuah aksi 'hentikan betonisasi sungai'. Pasalnya, kondisi sungai terbesar di Ibu Kota tersebut kini semakin parah pencemarannya.

"Kita lihat bagaimana instansi terkait bisa membantu kita, terutama kawan-kawan di padepokan untuk menjadikan sungai berdaya bagi masyarakat sepanjang sungai," kata Lantur yang merasa sangat prihatin dengan kondisi Sungai Ciliwung saat ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement