Ahad 23 Aug 2020 20:36 WIB

Bekal Halal

Bila makanan itu berasal dari yang haram maka akan menghasilkan sel tubuh yang haram.

Bekal Halal (ilustrasi).
Foto: saudigazette
Bekal Halal (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,Oleh: Achmad Satori Ismail

Bekal halal merupakan bekal untuk menggapai haji mabrur. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang terdiri dari jutaan sel. Sel-sel itu terbentuk dari sari makanan yang kita konsumsi setiap hari.

Bila makanan yang kita makan adalah halal maka sel-sel yang terbentuk dari sari makanan itu akan baik dan mempengaruhi seluruh tubuh kita baik jasmani, rohani, akal ataupun kejiwaan.

Sebaliknya bila makanan itu berasal dari yang haram maka akan menghasilkan sel-sel tubuh yang haram, yang tidak baik dan akan memengaruh seluruh aspek kehidupan kita. Seperti, ucapannya tidak baik dan kasar, prilakunya menyimpang, sangar dan perilaku-perilaku serta ucapan lainnya yang membawa dirinya kepada neraka.

Barangkali di sini rahasia makna ucapan Rasulullah SAW, "tidak akan masuk surga daging yang tumbuh dari makanan yang haram ( HR Ahmad dan At Turmudzi)

Dalam hadits lain disebutkan, jika seseorang keluar bertujuan haji dengan membawa biaya yang baik (halal) dan ia pijakkan kakinya pada pijakan pelana kudanya lalu menyeru, ''Kusambut panggilan-Mu ya Allah, kusambut panggilanMu ya Allah.'' Maka diserulah ia oleh penyeru dari langit, ''Ku sambut pula kamu dan Kukaruniakan kepadamu kebahagiaan demi kebahagiaan. Bekalmu adalah halal, kendaraanmu yang kamu tunggangi juga halal dan hajimu adalah mabrur (diterima) tidak ternodai oleh dosa.'' (HR At Thobroni)

Jika seorang itu keluar dengan membawa biaya yang buruk (haram) lalu ia pijakkan kakinya pada pijakan pelana kudanya dan menyeru, ''Ku sambut panggilanMu ya Allah, kusambut panggilan-Mu.'' Maka diserulah ia oleh penyeru dari langit: ''Aku tidak menyambutmu dan tidak pula karuniakan kebahagiaan demi kebahagiaan kepadamu. Bekal kamu haram, harta yang kamu nafkahkan pun haram, dan hajimu tidaklah diterima (haji mardud).

Semoga kita selalu berhati-hati menggunakan biaya untuk berhaji, harus selektif. Yang syubhat, apalagi yang haram harus kita jauhkan dalam kehidupan kita untuk mendapatkan keberkahan Ilahi dan menggapai haji mabrur.

 

*Artikel ini telah dimuat di Harian Republika, Sabtu, 15 Nopember 2008

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement