Senin 24 Aug 2020 00:01 WIB

Menanti Gebrakan Koeman

Ada situasi anomali. Kok bisa, dominan tapi menuju kejatuhan?

Rep: Frederikus Bata/ Red: Muhammad Akbar
Pelatih Barcelona Ronald Koeman
Foto: EPA-EFE/Alejandro Garcia
Pelatih Barcelona Ronald Koeman

REPUBLIKA.CO.ID, KATALAN -- Ada harapan yng kini menggelayut di Barcelona. Terutama menanti gebrakan yang kelak dilakukan Ronald Koeman usai ditunjuk sebagai pelatih Barcelona. Pelatih asal Belanda itu baru saja menggantikan tugas Quique Setien.

Tentunya, terlalu dini jika berbicara tentang baik dan buruk dari kehadiran Koeman. Sang meneer belum memulai petualangan di laga resmi bersama Barca. Dari beberapa pemberitaan, setidaknya sudah ada gambaran. Perlu diketahui, Koeman pernah menjadi pemain dan asisten pelatih Barca di masa lalu.

Jelas, ia paham filosofi klub tersebut. Mirip-mirip dengan gaya sepak bola negara asalnya. Mereka identik dengan penguasaan bola. Raksasa Katalan itu selalu ingin mendominasi pertandingan.

Nyaris dua dekade terakhir, tak ada yang berubah. Setidaknya mulai dari era Frank Rijkaard, Pep Guardiola, Luis Enrique, Ernesto Valverde, hingga Setien. Para entrenador itu setia mengikuti filosofi Blaugrana.

Pernyatanyaannya, apakah Barca tetap berjaya? Tidak selalu demikian. Di era sepak bola modern, puncak kejayaan Barca terjadi pada masa pelatih Guardiola. Pada 2008-2012, Barca meraih segalanya.

Lionel Messi dan rekan-rekan membuat laga terlihat mudah. Barca menang dengan penguasaan bola yang dominan, membuat operan cepat di sepertiga pertahanan lawan. Tak jarang, tercipta gol-gol cantik hasil kerjasama tim.

Di era Enrique, Barca masih bisa berjaya. Terbukti mereka meraih berbagai gelar pada 2015. Namun secara permainan anak-anak Katakan mulai menonjolkan kemampuan individu. Sah-sah saja, ada Messi, Neymar jr, hingga Andres Iniesta yang bisa menyihir siapa saja.

Namun, satu per satu sosok jenius di lini permainan Barca hilang. Xavi Hernandez dan Iniesta pensiun. Neymar pindah ke PSG. Tinggal Messi seorang, berperan ganda sebagai pencetak gol sekaligus playmaker.

Alhasil, kejatuhan Barca tak terhindarkan. Mulai dari era Valverde hingga di masa kepelatihan Setien, Barca sulit menonjolkan magisnya, terutama di kompetisi Eropa. Apa yang salah? Bukankah tim tersebut masih mempertahankan filosofinya? Justru di sini letak permasalahannya. Ada situasi anomali. Kok bisa, dominan tapi menuju kejatuhan?

Di sini, para pemain yang ada di lini tengah Barca seperti tidak bisa mengaplikasikan strategi yang menjadi budaya klub. Ivan Rakitic dan Busquets telah menua. Sergi Roberto hanyalah gelandang kelas dua dengan visi permainan jauh di bawah Iniesta dan Xavi. Arturo Vidal bukanlah pemain yang masuk karakteristik raksasa Katalan.

Singkatnya, mereka tak mampu menggerakkan bola secara dinamis, ketika mencoba menaikkan garis pertahanan tinggi. Itu membuat lawan dengan mudah membaca dan merancang serangan balik.

Puncaknya ketika dihajar Bayern Muenchen 2-8 di ajang Liga Champions. Saat itu Barca yang berani bermain terbuka, menjadi korban pressing game ala Muenchen. Buntutnya, Setien dipecat. Masuklah Koeman.

Sang meneer diharuskan membuat perubahan besar-besaran. Pertama, ia memastikan Messi kembali bergairah. Berikutnya, ia harus mendukung tugas La Pulga selaku pencetak gol. Peran pengatur serangan, kembali ke tengah. Di sinilah ia akan menempatkan Frenkie de Jong ke posisi gelandang tengah. Itu tempat ideal De Jong, baik di Ajax Amsterdam, maupun di timnas Belanda.

Koeman juga berencana menjual Rakitic dn Vidal. Sebagai gantinya, ada Donny van de Beek atau Georginio Wijnaldum. Di lini depan, harapan mendatangkan Lautaro Martinez. Koeman bakal memainkan Antoine Griezmann di posisi penyerang tengah atau second striker.

Jika semua rencana terealisasi, sepertinya bakal ada perubahan. Lini tengah Barca lebih hidup dengan anak-anak muda yang terus bergerak. Martinez dengan bekal penampilan mentereng bersama Inter Milan akan padu bersama Messi. Mereka berbagi kamar ganti di timnas Argentina.

Begitu pun Griezmann. Jika kembali ke posisi ideal, jagoan Prancis ini sulit dihentikan. Itu dibuktikan ketika menjadi andalan Atletico Madrid dan membawa Les Bleus menjadi juara dunia 2018.

Di lini pertahanan, tentu saja harus diubah. Sampai saat ini belum ada sosok yang jadi prioritas incaran Koeman. Nama-nama seperti Samuel Umtiti, bahkan Gerard Pique berpotensi dilepas.

Dengan semua rencana renovasi di atas, apakah menjamin Barca menjadi juara lagi? Tentunya, tak akan semudah itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement