Senin 24 Aug 2020 02:11 WIB

Ilmuwan Inggris Sebut Virus Corona akan Ada Selamanya

Manusia diperkirakan butuh vaksin corona secara berkala seumur hidup.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Indira Rezkisari
Virus corona dalam tampilan mikroskopik. (ilustrasi)
Foto: EPA/CDC
Virus corona dalam tampilan mikroskopik. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang ilmuwan yang merupakan mantan kepala penasihat ilmiah pemerintah Inggris, Prof Mark Walport, mengatakan virus corona akan ada selamanya. Dia menyebut, orang-orang kemungkinan besar membutuhkan vaksinasi rutin untuk melawannya.

Dilansir dari laman The Guardian, Ahad (23/8), Walport yang merupakan anggota Kelompok penasihat ilmiah untuk keadaan darurat menyamakan penyakit Covid-19 dengan influenza. Oleh karenanya, suntikan vaksin  berulang dalam skala global hampir pasti diperlukan untuk mengendalikannya.

Baca Juga

Dalam wawancaranya dengan BBC Radio, ia menilai virus corona tidak akan menjadi penyakit seperti cacar. Yaitu penyakit yang dapat diberantas dengan vaksinasi.

“Ini adalah virus yang akan bersama kita selamanya dalam beberapa bentuk atau lainnya dan hampir pasti akan membutuhkan vaksinasi berulang. Jadi, seperti flu, orang perlu vaksinasi ulang secara berkala,” ujar dia.

Walport mengatakan ada kemungkinan virus bisa tidak terkendali lagi. Hal itu akan terjadi, jika persentase tes positif meningkat di seluruh Inggris karena angka R berkisar antara 0,9 dan 1,1. Akan tetapi dia mengatakan tindakan yang lebih bertarget dan terlokalisasi dapat digunakan daripada melakukan lockdown.

Ilmuwan itu tak menutupi rasa khawatirnya mengenai penyebaran virus. “Anda hanya perlu melihat apa yang terjadi di Prancis, Spanyol, dan di Korea Selatan, yang berhasil mengendalikannya dengan sangat cepat dan sekarang mengalami peningkatan kasus. Dan infeksi ini ada pada kita,” kata dia.

Dia mencatat mengenai kondisi Inggris saat ini. Menurutnya, saat ini kurang dari satu dari lima orang di seluruh Inggris adalah yang terkena virus. Dan 80 persen orang di Inggris tetap rentan terhadap Covid-19.

“Ini adalah keseimbangan yang mengerikan antara mencoba meminimalkan bahaya bagi orang-orang dari infeksi sambil menjaga agar masyarakat tetap berjalan,” katanya.

Meskipun orang-orang telah membantah dengan sangat keras dan berpendapat bahwa menerapkan lockdown bukanlah solusi dari pandemi. Namun, para peneliti akan menargetkan pendekatan tersebut.

Dia memperingatkan tindakan kejam dapat diberlakukan jika virus tidak terkendali. Hal itu akan menjadi sebuah tragedi besar, di mana banyak orang di rumah melakuakan perawatan karena terjangkit virus. Dan banyak orang meninggal dunia setelah orang-orang keluar dari rumah sakit kembali ke perawatan saat terinfeksi virus corona.

Komentarnya muncul setelah kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan dunia harus dapat mengendalikan pandemi dalam dua tahun. Direktur Umum WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan butuh dua tahun untuk mengatasi flu Spanyol pada awal abad ke-20. Namun, dengan kemajuan teknologi memungkinkan Covid-19 dihentikan dalam waktu yang lebih singkat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement