Ahad 23 Aug 2020 17:50 WIB

Kasus Keluarga Terpapar Covid-19 di Bekasi Makin Meningkat

Kota Bekasi mencatat sebanyak 155 kasus keluarga terpapar Covid-19.

Rep: Idealisa Masyafarina/ Red: Yudha Manggala P Putra
Petugas kesehatan mengenakan alat pelindung diri (APD) menyemprotkan cairan disinfektan usai tes swab.
Foto: ANTARA/ADENG BUSTOMI/
Petugas kesehatan mengenakan alat pelindung diri (APD) menyemprotkan cairan disinfektan usai tes swab.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyebaran Covid-19 di Kota Bekasi belakangan ini meningkat signifikan karena adanya penularan antarkeluarga. Data yang dirilis oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Bekasi mencatat, sebanyak 155 kasus keluarga terpapar dengan jumlah 437 orang.

Menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Dezy Syukrawati, dalam pencegahan penularannya, Kota Bekasi telah menyiapkan RW siaga untuk pengawasan wilayah setempat.

"Kasus keluarga di kita ada banyak, tapi kalau ditanyakan masalah penularan di wilayah, kita kan ada RW siaga yang melakukan pengawasan wilayah,"jelas Dezy kepada Republika.co.id, Ahad (23/8).

Dezy memastikan, mekanisme penelusuran anggota keluarga sudah dilakukan untuk mengantisipasi penularan lebih lanjut. Mengenai sumber penularan, Dinas Kesehatan tidak bisa menuduh suatu tempat, seperti rumah sakit, menjadi sumber penularan. Hal ini karena orang-orang yang tertular melakukan mobilitas tinggi, sehingga sumber penularan bisa terjadi di mana saja.

"Artinya kita tidak bisa menuduh kalau anggota keluarga yang bekerja di RS yang tertular. RS dimanapun sekarang hampir semua merawat (pasien Covid-19). Lagipula kita juga bergerak dan berkegiatan," katanya.

Sebelumnya, Wali Kota Bekas Rahmat Effendi yang juga sekaligus Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Bekasi, mengatakan, peningkatan klaster keluarga ini karena banyak dari mereka yang saling mengunjungi satu sama lain.

"Kalau tidak ada kepentingan yang mendesak, sebaiknya tunda dulu main ke rumah saudara. Patuhi protokol kesehatan," kata Rahmat Effendi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement