Jumat 21 Aug 2020 16:03 WIB

Perlu Sinergi dan Komunikasi Bebas Stres Dampingi Anak PJJ

Mendampingi anak PJJ sering kali membuat stres orang tua bekerja.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
Siswa Sekolah Dasar didampingi orang tua melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan sistem daring pada hari pertama tahun ajaran baru 2020-2021 di Palembang, Sumatera Selatan, Senin (13/7/2020). Pemerintah Kota Palembang melalui Dinas Pendidikan menginstruksikan sekolah untuk melakukan sistem PJJ di awal tahun ajaran baru hingga September mendatang sebagai antisipasi penyebaran COVID-19 di lingkungan sekolah.
Foto: ANTARA/FENY SELLY
Siswa Sekolah Dasar didampingi orang tua melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan sistem daring pada hari pertama tahun ajaran baru 2020-2021 di Palembang, Sumatera Selatan, Senin (13/7/2020). Pemerintah Kota Palembang melalui Dinas Pendidikan menginstruksikan sekolah untuk melakukan sistem PJJ di awal tahun ajaran baru hingga September mendatang sebagai antisipasi penyebaran COVID-19 di lingkungan sekolah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pembelajaran jarak jauh (PJJ) telah menjadi alternatif pendidikan di masa pandemi Covid-19. Namun, tak hanya sekolah yang dilakukan jarak jauh, bekerja dari rumah juga dijalani orang tua.

Sering kali, kedua kegiatan itu dilakukan dalam waktu bersamaan. Karena itu, situasi tersebut perlu siasat agar orang tua maupun anak bisa sama-sama menjalankan kegiatan daring dengan efektif, tanpa dirundung stres.

Baca Juga

"Diperlukan sinergi antara orang dan anak, serta komunikasi positif mengelola bebas yang timbul saat menjalani school from home,” kata kepala Sekolah Little dan penulis buku Diary Q&A, Jovita Maria Ferlinana dalam talkshow "Bebas Stres Dampingi Anak School from Home", Selasa (18/8).

Hal itu bisa dilakukan dengan membuat aturan bersama. Contohnya, dengan mengajukan pertanyaan positif jika ada sesuatu yang ingin diketahui tentang aktivitas anak. Berikutnya, apresiasi terhadap setiap hal baik yang sudah dilakukan anak. Lantas, coba mengonfirmasi dan mengajak anak berdiskusi jika ada hal yang menurut orang tua perlu diperbaiki.

Selain itu, coba menerapkan satu waktu untuk fokus berkumpul bersama hanya untuk keluarga tanpa melakukan hal lain. Lalu, pajang hasil karya anak sebagai bentuk apresiasi.

Selain itu, Jovita mengajak orang tua untuk bisa mengenali gaya belajar anak agar tidak stres menghadapi dan mengajari sekolah jarak jauh. Salah satu cara mengenalinya ialah memerhatikan kebiasaan anak sehari-hari, memberikan tugas, berkomunikasi dengan guru dari sekolahnya, atau memerhatikan jenis gangguan yang memecah konsentrasi anak.

Jovita menjelaskan, gaya belajar terbagi menjadi empat. Tiap anak memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, apalagi dengan orang tuanya. Pertama, visual, jika anak memahami informasi dengan cara melihat grafik, diagram, gambar, atau warna. Kedua, auditory (pendengaran), jika anak memahami informasi dengan cara mendengar.

Ketiga, read/write (mendengar/menulis), jika anak memahami informasi dengan cara menulis dan membaca. Keempat, kinestetik, jika anak memahami informasi dengan mencoba langsung dan menerapkan dalam kesehariannya.

Selain itu, orang tua juga perlu memahami berbagai macam situasi yang terjadi di masa pandemi Covid-19 berpotensi menjadi stressor bagi anak. Misalnya, kondisi ambigu karena anak melihat temannya bepergian sedangkan dirinya harus terus berada di rumah, adanya paparan berlebihan terhadap informasi mengenai Covid-19, serta perubahan signifikan pada berbagai kegiatan anak.

"Dalam situasi seperti ini orang tua perlu membangun komunikasi yang membuat anak merasa tenang,” ujar psikolog klinis dewasa, Fadhilah Eryananda.

Menurut Fadhilah, penting bagi orang tua membuat anak tetap tenang. Bersikaplah proaktif dan tetapkan bersama rutinitas (bagi anak belum bisa membuat jadwal maka bantu buatkan).

Fadhilah juga menyerukan agar ayah dan ibu memberikan pengawasan yang sehat, seperti melihat informasi apa saja yang dilihat anak. Yang paling penting, menurut dia, orang tua jangan lupa merawat diri sendiri.

“Karena orang tua yang bahagia akan membuat anak jadi bahagia,” ujar Fadhilah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement