Jumat 21 Aug 2020 05:19 WIB

Pengamat: Gerakan Deklarasi KAMI Biasa-Biasa Saja

Mekanisme sistem presidentil sangat berat untuk menggulingkan presiden.

Demokrasi Indonesia (ilustrasi). Deklarasi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) biasa-biasa saja untuk menyuarakan refleksi demokrasi sehingga pemerintah tidak perlu panik.
Foto: republika
Demokrasi Indonesia (ilustrasi). Deklarasi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) biasa-biasa saja untuk menyuarakan refleksi demokrasi sehingga pemerintah tidak perlu panik.

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Pengamat politik Haris Hijrah Wicaksana menyatakan gerakan deklarasi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) biasa-biasa saja untuk menyuarakan refleksi demokrasi. Untuk itu, ia meniali, pemerintah tidak perlu panik.

"Di negara demokrasi hal itu hal wajar para tokoh menyuarakan dengan lantang mengkritisi kebijakan pemerintah, sepanjang kritikannya membangun dan solusi," kata dosen Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Stisip) Setia Budhi RangkasbitungKabupaten Lebak Provinsi Banten, Kamis (20/8).

Baca Juga

Dalam deklarasi KAMI yang diketuai Din Syamsudin juga terdapat beberapa tokoh. Di negara demokrasi, perlu ada kaum oposisi dengan menyuarakan lantang karena mereka tidak berada di posisi pemerintahan.

Mereka para tokoh oposisi itu hanya memandang secara subyektif saja dengan selalu menyalahkan kebijakan pemerintah. "Kami menilai gerakan deklarasi KAMI itu sebagai aksi damai dan tidak menjadikan ancaman untuk melakukan pemakjulan maupun menggulingkan pemerintah Joko Widodo (Jokowi) yang sah dan legal," katanya.

Menurut dia, mekanisme sistem presidentil sangat berat untuk menggulingkan presiden dan syaratnya harus ada sidang paripurna MPR juga harus menyetujui 2/3 anggota legislatif. Sedangkan, legislatif yang ada saat ini sekitar 90 persen dibawah koalisi pemerintahan Jokowi.

Gerakan deklarasi KAMI itu, kata dia, hanya untuk mendapatkan perhatian pemerintah agar para tokoh bisa kembali berkoalisi di bawah naungan pemerintah Jokowi. Sebab, di antaranya ada tokoh yang pernah menjabat pemerintahan Jokowi, seperti Rizal Ramli, Said Didu, dan Gatot Purnawirawan Jenderal Nurmantyo.

"Mereka itu ingin kembali diberikan jabatan oleh pemerintahan Jokowi," kata Dosen Untirta itu.

Ia mengatakan, deklarasi KAMI yang menuntut delapan maklumat di antaranya penyelamatan Pancasila, penanggulangan pandemi Covid-19, resesi ekonomi dan penegakan supremasi hukum itu tidak mendasar. Namun, ia mengatakan, selama ini Jokowi sudah dinilai berhasil untuk mengatasi pandemi Covid-19 ketika ekonomi nasional menurun berkat kebijakan pemerintah Jokowi menerapkan era normal baru untuk pemulihan ekonomi.

Selain itu, pemerintah Jokowi dalam menangani Covid-19 mengalokasikan anggaran cukup besar untuk subsidi bantuan langsung tunai (BLT) Rp 600 ribu/jiwa. Begitu juga memberikan bantuan subsidi modal kepada pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) Rp 2,4 juta/unit usaha.

Pemerintah Jokowi juga memberikan subsidi listrik, keringanan bunga perbankan, hingga menyetop angsuran leasing kendaraan. "Maklumat delapan tuntutan (KAMI) itu tidak jelas kemana arahnya, sebab pemerintah Jokowi tengah mengupayakan penanganan resesi ekonomi maupun pandemi Covid-19 itu," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement