Kamis 20 Aug 2020 21:44 WIB

Badminton, Penyebab Trauma Mata Paling Banyak di Indonesia

Penggemar olahraga badminton diserukan berhati-hati terhadap risiko trauma mata.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Di Indonesia, kasus trauma mata paling banyak terjadi akibat olahraga badminton.
Foto: Republika/Desy Susilawati
Di Indonesia, kasus trauma mata paling banyak terjadi akibat olahraga badminton.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi penggemar olahraga badminton, sebaiknya berhati-hati saat sedang latihan. Pasalnya, olahraga ini bisa memicu trauma pada mata.

Ketua Ophthalmic Trauma Service Jakarta Eye Center (JEC), dr Yunia Irawati SpM(K) menjelaskan, trauma pada mata berpotensi terjadinya kapan saja dan tidak dapat diantisipasi karena berlangsung dengan tiba-tiba.

Baca Juga

Menurutn Yunia, pemahaman masyarakat terkait dengan trauma masih minimal hingga kasusnya cenderung terabaikan. Trauma mata dianggap sesuatu yang ringan.

“Trauma mata adalah rusaknya jaringan pada kelopak mata, tulang-tulang orbita (tulang disekitar bola mata), dan dapat merusak bola mata mulai dari bagian depan bola mata hingga bagian belakang bola mata dan tentunya saraf penglihatan kita,” ujarnya dalam Media Session JEC Ophthalmic Trauma, Sabtu (15/8).

Salah satu kasus trauma mata yang banyak terjadi adalah trauma mata akibat olahraga. Setiap kasus berbeda di masing-masing negara tergantung dari hobi kebanyakan masyarakat setempat.

Jika dilihat dari data pasien JEC, trauma mata akibat olahraga yang paling banyak adalah karena olahraga badminton atau bulu tangkis. Itu tak mengherankan mengingat cabang olahraga tersebut banyak digemari masyarakat Indonesia.

Yunia memaparkan, cedera mata akibat badminton biasanya terjadi karena terkena kok (6,25 persen) dan raket badminton (3,12 persen). Saat olahraga badminton, orang bisa saja terkena smash dan insiden lain yang bisa mengenai bola matanya.

“Sering kali pasien datang dengan tiba-tiba penglihatannya buram karena terjadi closed globe injury karena ada pendarahan di dalam bola matanya,” ujarnya.

Menurut Yunia, olahraga tertentu memang tidak ada perlengkapan proteksi terhadap mata, termasuk badminton. Untuk itu, maka bisa terkena trauma mata.

Yunia menyarankan agar orang yang hobi badminton atau olahraga apapun, menggunakan proteksi mata seperti kacamata. Namun, sebaiknya gunakan alat bantu yang tidak menghalangi penglihatan atau aktivitas.

Trauma akibat kok bisa mengakibatkan perdarahan atau adanya darah di bilik mata depan. Darah itu akan mengakibatkan gangguan penglihatan, karena media penglihatan tertutup oleh darah.

Pada keadaan trauma yang cukup berat, perdarahan tidak hanya dibagian depan mata tapi juga didalam bola matanya. Bahkan, bisa mengakibatkan robekan dari saraf retina.

“Jadi tergantung dari bagian mana yang terkena tentunya berakibat terhadap menurunnya tajam penglihatan,” ujarnya.

Walaupun ada darah di bilik mata depan dalam jumlah cukup banyak, tubuh memiliki kemampuan untuk menyerap darah tersebut. Akan tetapi, kalau darah itu terlalu banyak, tentu dia akan menghalangi out flow cairan mata yang berjalan dari bilik mata belakang sampai ke depan. Ini akan menyebabkan tekanan bola mta yang tinggi atau komplikasinya akan mengakibatkan glaukoma.

“Tekanan bola mata yang tinggi akan mengakibatkan kompresi dari saraf optik atau sraaf penglihatannya sehingga akan mengakibatkan kebutaan,” ujarnya.

Pada pasien yang genangan darah di bilik mata depannya tidak dapat diserap sendiri, maka ia harus segara menjalani pembedahan. Begitu juga apabila ada darah di bilik mata belakang.

Sebelum pembedahan, pada umumnya pasien dapat melakukan terapi konservatif. Terapi itu membnatu darah agar bisa diserap sampai batas tertentu.

“Ada waktunya yang masih diperbolehkan untuk menunggu sambil diberikan obat-obatan, ada yang harus segera evakuasi, tergantung kelainannya," jelas Yunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement