Kamis 20 Aug 2020 17:11 WIB

Transformasikan Nilai Hijrah Bagi Kemajuan Bangsa

Umat Islam dengan spirit hijrah harus terus mempelopori perubahan menuju kemajuan

Rep: Fuji E Permana/ Red: Gita Amanda
 Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir mengatakan, umat Islam dan bangsa Indonesia alhamdulillah diberi karunia Allah SWT berupa Tanah Air, bangsa dan negara yang kaya serta majemuk.
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir mengatakan, umat Islam dan bangsa Indonesia alhamdulillah diberi karunia Allah SWT berupa Tanah Air, bangsa dan negara yang kaya serta majemuk.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan bahwa sekarang umat Islam sebagai kekuatan mayoritas dituntut mentransformasikan nilai hijrah bagi kemajuan Indonesia. Kehadiran Tahun Baru Hijriyah patut disambut dan dijadikan momentum positif untuk mengukir masa depan yang berkemajuan.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir mengatakan, umat Islam dan bangsa Indonesia alhamdulillah diberi karunia Allah SWT berupa Tanah Air, bangsa dan negara yang kaya serta majemuk. Umat Islam sendiri sebagai mayoritas memberi teladan dalam mempelopori perjuangan kemerdekaan dan banyak momen dinamika keindonesiaan sampai saat ini.

"Umat Islam sekaligus menjadi perekat integrasi nasional dan pembawa suluh kemajuan Indonesia," kata Prof Haedar kepada Republika, Kamis (20/8).

Ia mengatakan, Pancasila 18 Agustus 1945 merupakan hadiah terbesar umat Islam ketika republik ini nyaris pecah satu hari setelah proklamasi yang bersejarah. Peran Ki Bagus Hadikusumo didukung Mr Kasman Singodimedjo sangat menentukan momen sejarah itu. Muhammadiyah sebagai komponen strategis Muslim modern menjadi pelopor integrasi keislaman dan keindonesiaan yang bersifat integratif dan berkemajuan.

Ia mengingatkan, saat ini umat Islam Indonesia menyadari masih banyak ketertinggalan khususnya di bidang ekonomi dan penguasaan ilmu pengetahuan serta akses ekonomi-politik strategis. Kesenjangan sosial dan kemiskinan melekat dengan mayoritas umat Islam. Sebagian karena faktor luar, tetapi sebagian lagi sebab internal.

"Umat Islam boleh kritis terhadap keadaan untuk perbaikan, lebih-lebih manakala memperoleh perlakuan yang tidak adil, (umat Islam) boleh mengkritik kondisi bangsa sebagai wujud cinta tanah air. Lakukan semuanya secara elegan dalam spirit dakwah dengan cara hikmah, edukasi yang baik, dan dialog yang terbaik," ujarnya.

Prof Haedar mengatakan, yang tidak kalah penting, semuanya dilakukan dengan semangat kebersamaan, damai dan persaudaraan. Muhammadiyah percaya masih banyak di negeri ini elite dan warga bangsa yang berniat serta berintegritas moral yang baik, tanpa merasa benar sendiri.

"Maka mari memaknai hijrah untuk perubahan dari dalam umat Islam guna meraih kemajuan bersama seluruh bangsa Indonesia. Dengan usaha yang sungguh-sungguh dan kebersamaan, umat Islam dapat berkembang dari mayoritas jumlah ke mayoritas kualitas," ujarnya.

Prof Haedar mengatakan, sisihkan kegiatan-kegiatan serba massal, prioritaskan kerja-kerja produktif meraih kemajuan. Ajak dan libatkan kaum muda dan generasi milenial Muslim untuk bangkit sebagai khaira ummah atau golongan terbaik dengan segala potensi dan ikhtiar konstruktif menggapai cita-cita kejayaan Islam Indonesia.

Umat Islam dengan spirit hijrah harus terus mempelopori perubahan menuju kemajuan. Jika bukan umat Islam, komponen bangsa lainnya yang lebih siap yang akan mengambil peran strategis ke depan. Karenanya umat Islam Indonesia wajib mengaktualisasikan hijrah kekiniaan melalui gerakan berkemajuan.

"Bangun tradisi kerja keras memobilisasi kekuatan diri di berbagai bidang dengan spirit perubahan dari dalam diri sendiri, kita praktikkan firman Allah yang artinya, 'sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri' (QS Ar-Ra'd:11)," jelasnya.

Menurut Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini, kehadiran tahun baru Hijriyah patut disambut dan dijadikan momentum positif untuk mengukir masa depan yang berkemajuan. Jangan terlalu banyak mengeluh dan marah terhadap keadaan yang membuat diri teralienasi. Alihkan energi dengan agenda-agenda strategis melalui kerja produktif, memperkuat karakter utama, membangun kapasitas sumberdaya manusia terbaik, menjalin solidaritas kolektif, dan mengembangkan pusat-pusat kemajuan.

"Dengan kekuatan dari dalam (inner dynamics) yang kualitatif itu, jadikan momentum hijrah sebagai jalan transformasi kebangsaan yang menempatkan umat Islam sebagai penentu Indonesia ke depan," kata Prof Haedar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement