Kamis 20 Aug 2020 10:31 WIB

Peran 'Gaib' Mueller saat Bayern Muenchen Bantai Lyon

Muenchen mengalahkan Lyon 3-0 pada laga semifinal Liga Champions.

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Agung Sasongko
Serge Gnabry (R) of Bayern Munich celebrates with teammates Thomas Mueller (L) and Robert Lewandowski (C) after scoring the 2-0 lead during the UEFA Champions League semi final soccer match between Olympique Lyon and Bayern Munich in Lisbon, Portugal.EPA-EFE/Miguel A. Lopes / POOL
Foto: Miguel A. Lopes / POOL/EPA POOL
Serge Gnabry (R) of Bayern Munich celebrates with teammates Thomas Mueller (L) and Robert Lewandowski (C) after scoring the 2-0 lead during the UEFA Champions League semi final soccer match between Olympique Lyon and Bayern Munich in Lisbon, Portugal.EPA-EFE/Miguel A. Lopes / POOL

REPUBLIKA.CO.ID,  LISBON -- Thomas Mueller tak mencetak gol, tak juga memberikan assist hingga menyentuh bola untuk membangun serangan saat Bayern Muenchen mengalahkan Lyon pada semifinal Liga Champions. Namun, pergerakan pemain internasional Jerman itu jadi bagian yang tak terpisahkan dari tiga gol yang bersarang ke gawang Lyon.

Peran Mueller ini seolah gaib, tak terlihat tapi bisa dirasakan. Dikutip dari theguardian, Kamis (20/8), gol pertama yang diciptakan oleh Serge Gnabry memang hasil aksi individu. Namun, Muller mampu menutup Marcal, salah satu dari tiga bek yang bertugas menjaga Gnabry, sehingga leluasa melakukan tendangan keras dari luar kotak penalti.

Baca Juga

Sementara gol kedua, berawal dari gerakan Joshua Kimmich di sayap, lalu memberikan bola ke tengah, namun Muller mengganggu Marcelo untuk membuka jalan bagi Gnabry mencetak gol. Sementara gol ketiga, Muller memang tak berbuat banyak, dengan mengalihkan perhatian salah satu bek Lyon, Marcal, agar Robert Lewandowski bisa menyundul bola untuk menegaskan kemenangan FC Hollywood.

Itu merupakan kontribusi tipikal dari pemain yang telah memberikan 199 gol untuk Muenchen. Di usia 30 tahun Muller belum selesai, dari sisi kedewasaan dan pemahamannya terhadap pertandingan, dia merupakan yang terbaik. Setelah empat kekalahan beruntun di semifinal, ini jadi final Liga Champions ketiganya.

Ini adalah bagian dari teka-teki Mueller. Dia brilian untuk tim nasional di Piala Dunia 2010 ketika Joachim Low memainkan permainan menyerang balik dan sangat efektif lagi pada tahun 2014 di Brasil. Pada tahun 2018, dia adalah korban dari evolusi kebingungan Low menuju sesuatu yang seharusnya lebih ekspansif.

Dalam hal ini, performa Mueller sejak Hansi Flick menggantikan Niko Kovac pada November lalu. Fakta bahwa gaya sepak bola Bayern telah mengembalikan kekuatan Mueller. Bukan taktik serangan balik, tetapi pendekatan Flick sangat khas dari Bundesliga modern, sebuah permainan yang berbasis transisi.

Ini tentu saja tidak didasarkan pada kontrol, seperti halnya Barcelona menciptakan peluang dengan berada di belakang garis pertahanan, begitu pula saat lawan Lyon. Dan itu cocok untuk Mueller. Dia bukan pemain yang memainkan umpan matang dan mempertahankan penguasaan bola.

Mueller tidak menyentuh bola dan langsung membangun serangan terhadap salah satu dari tiga gol tersebut. Secara statistik kontribusinya tidak tercatat. Namun gerakannya merupakan bagian integral dari setiap gol. Dengan caranya yang istimewa, dia adalah pusat dari gaya Flick.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement