Kamis 20 Aug 2020 09:23 WIB

Demonstran Bakar Gedung Tempat Pernikahan Sesama Jenis

Portland dikepung aksi unjuk rasa sejak George Flyod dibunuh polisi

Rep: Lintar Satria/ Red: A.Syalaby Ichsan
 Para pengunjuk rasa turun ke jalan untuk berdemonstrasi menentang rasisme dan kebrutalan polisi di sebelah Pusat Keadilan di pusat kota Portland, Oregon, AS, 01 Agustus 2020.
Foto: EPA-EFE/ETIENNE LAURENT
Para pengunjuk rasa turun ke jalan untuk berdemonstrasi menentang rasisme dan kebrutalan polisi di sebelah Pusat Keadilan di pusat kota Portland, Oregon, AS, 01 Agustus 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, PORTLAND-- Demonstran di Portland, Oregon, Amerika Serikat (AS) memecahkan kaca jendela, menyiram bahan mudah terbakar dan menyalakan api di gedung pemerintahan. Aksi ini dilakukan dalam unjuk rasa yang dimulai pada Selasa (18/8) malam dan berakhir pada Rabu (19/8) pagi usai bentrok dengan polisi.

Ketua dewan Multnomah County Deborah Kafoury mengatakan api yang membakar Multnomah Building menghanguskan gedung pemerintah bagian pelayanan masyarakat. Tempat digelarnya pernikahan sesama jenis pertama di Oregon dan alat pelindung diri dibagikan.  

"Ini jantung County kami, tempat warga di komunitas kami datang untuk mendapatkan paspor dan merayakan tradisi budaya dan keanekaragaman," kata Kafoury dalam pernyataannya, Kamis (20/8).

Dalam unjuk rasa itu demonstran menyalakan api, melemparkan berbagai benda ke polisi dan petugas keamanan membalasnya dengan menembakan 'amunisi pengendali massa'. Kota terbesar di negara bagian Oregon tersebut dikepung aksi unjuk rasa  sejak George Floyd dibunuh polisi Minneapolis dua bulan yang lalu.

Pengunjuk rasa kerap merangsek masuk ke dalam gedung serikat polisi. Pada bulan lalu selama berminggu-minggu para demonstran juga bentrok dengan agen-agen federal yang melindungi gedung pengadilan.

Pada Selasa malam, polisi Portland mendeklarasikan unjuk rasa sebagai kerusuhan. Setelah demonstran yang sekitar 200 orang menyalakan api di luar gedung pemerintah. Mereka menggunakan batu untuk menghancurkan jendela dan membakar benda di dalam gedung pemerintah.  

Polisi mengatakan api memicu alarm kebakaran gedung tersebut. Deklarasi status unjuk rasa menjadi kerusuhan membuat polisi dapat menggunakan metode-metode pengendali massa seperti melepaskan tembakan gas cahaya.

Dalam pernyataannya polisi mengatakan mereka menggunakan 'amunisi pengendali massa'. Polisi tidak menyebutkan jenis amunisi apa yang mereka pakai tapi membantah menggunakan gas air mata. AP

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement