Rabu 19 Aug 2020 22:44 WIB

Tiga Tantangan Kebangkitan Umat Islam Indonesia

Umat Islam Indonesia harus menjadi pelaku, bukan penonton.

Rep: umar mukhtar/ Red: Ani Nursalikah
Tiga Tantangan Kebangkitan Umat Islam Indonesia. Pengusaha Muslim/Ilustrasi
Foto: Blogspot.com
Tiga Tantangan Kebangkitan Umat Islam Indonesia. Pengusaha Muslim/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Majelis Sinergi Kalam (Masika) Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Ferry Kurnia Rizkiansyah, menyampaikan ada tiga hal yang menjadi tantangan dalam membangun kebangkitan umat Islam Indonesia. 

Tantangan pertama, yaitu mendorong intelektual konseptor dan penggerak untuk masuk ke ranah ekonomi. Menurutnya, persoalan bagaimana peran umat Islam dalam menguatkan sisi ekonomi itu penting karena ekonomi Islam mengandung nilai moral yang tinggi.

Baca Juga

"Ini menjadi bagian untuk mengupayakan kesejahteraan. Kita bisa bayangkan, sekarang ini bagaimana orang kaya yang segelintir itu menguasai hajat seluruh umat yang ada. Ini kan luar biasa. Nah ini yang harus kita coba gagas dan ambil peran di dalamnya," kata dia dalam diskusi daring bertajuk 'Kebangkitan Umat Islam: Harapan, Tantangan dan Strategi', Rabu (19/8).

Ferry juga menyadari, keberadaan intelektual penggerak pada bidang ekonomi Islam ini agak tertinggal. Padahal menurutnya, kehadiran mereka itu penting sekali, karena merekalah yang turun langsung sehingga ekosistem ini bisa terbangun sinergi.

"Ini dua konteks yang penting. Jadi ekonomi Islam pada bagaimana intelektual konseptor dan intelektual penggerak. Misalnya bagaimana ekonomi berbasis masjid, dan juga zakat, yang ini semua harus kita potensikan," katanya.

Tantangan berikutnya, adalah pada bidang politik. Menurut Ferry, umat Islam harus masuk ke wilayah sana karena itu menjadi bagian untuk kebaikan bersama. Dia mengatakan, umat Islam tidak boleh larut menjadi penonton.

"Sehingga kita harus menjadi pelaku, bukan penonton. Jadi harus juga masuk ke sana untuk bisa menyelami," ujar  dia.

Tantangan ketiga terkait proses pemanfaatan yang sekarang muncul yaitu teknologi informasi dan komunikasi. "Kita paham ketika ICMI ini digagas, yakni bagaimana memajukan iptek dan imtak," kata dia.

Apalagi, diakui Ferry, di masa pandemi Covid-19 pun banyak lembaga pendidikan yang tutup dan kesulitan melakukan kegiatan belajar jarak jauh karena keterbatasan jaringan dan infrastruktur di wilayahnya.

"Dalam konteks ini, mengapa tidak di masjid untuk dibangun Wifi yang bisa menampung tidak hanya aktivitas sekolah tetapi juga bisa mengaji. Itulah pertemuan antara fikir dan zikir, itu hal yang sangat penting dalam konteks membangun bagaimana memanfaatkan teknologi," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement