Rabu 19 Aug 2020 12:32 WIB

BRI Kantongi Laba Rp 10,20 Triliun

Laba BRI turun 36,88 persen dibandingkan periode sama tahun lalu disebabkan pandemi.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
Direktur Utama BRI Sunarso. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mencatatkan laba konsolidasi sebesar Rp 10,20 triliun.
Foto: Dok BRI
Direktur Utama BRI Sunarso. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mencatatkan laba konsolidasi sebesar Rp 10,20 triliun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mencatatkan laba konsolidasi sebesar Rp 10,20 triliun. Angka ini turun sebesar 36,88 persen dari Rp 16,16 triliun pada periode sama tahun sebelumnya.

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan penurunan laba disebabkan pandemi Covid-19 yang memberikan tekanan ke ekonomi Indonesia selama kuartal dua pada tahun ini.

Baca Juga

"Pertumbuhan ekonomi kita terkoreksi 5,32 persen, penyumbang penurunannya berasal dari konsumsi rumah tangga melemah 5,1 persen dan investasi anjlok 8,6 persen, serta pengeluaran pemerintah minus enam persen," ujarnya saat konferensi pers virtual, Rabu (19/8).

Menurutnya, berbeda dengan krisis sebelumnya, krisis kali ini berdampak ke seluruh lapisan masyarakat terutama kepada pelaku UMKM akibat adanya pembatasan pembatasan yang dilakukan. 

"Sejak awal pandemi terjadi, perseroan telah berkomitmen untuk fokus melakukan upaya penyelamatan dan membantu kebangkitan UMKM,” ucapnya.

Sementara itu, Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo menambahkan penyebab turunnya laba perseroan pada semester satu 2020 dikarenakan adanya upaya penyelamatan terhadap UMKM di tengah pandemi Covid-19.

"Jadi, penurunan ini sudah dijelaskan panjang-lebar adalah upaya kita untuk penyelamatan UMKM berupa restrukturisasi dan juga kita melakukan beberapa insentif kepada debitur dengan penurunan suku bunga," jelasnya.

Menurutnya, dampak penurunan laba menyebabkan pendapatan bunga tidak diterima sebagaimana yang seharusnya. "Dengan adanya restrukturisasi tadi maka tentu dampaknya adalah terlambat atau tidak diterimanya pendapatan bunga dari yang kontrak seharusnya. Oleh karena itu, menyebabkan net interest margin (NIM) atau rasio pendapatan bunga bersih turun menjadi 5,6 persen," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement