Rabu 19 Aug 2020 06:08 WIB
Cerita di Balik Berita

Liputan Haji: Dilarang Sombong

Pengalaman jurnalis Republika meliput haji.

M Subroto, Jurnalist Republika
Foto:

Selesai umrah sekitar pukul 03.00 tak langsung kembali ke hotel. Menunggu waktu Shalat Subuh sambil menjalankan berbagai ibadah. Usai Subuh barulah kembali ke hotel. Gampanglah, letak Hilton persis di depan pintu masuk.

Tapi aku lupa pintu masuknya yang mana? Ada banyak pintu masuk ke Masjidil Haram. Kucoba mencari jamaah satu kloter. Tak bertemu. Mau telepon tidak bisa. Tadi sengaja tak membawa handphone dan dompet.  Gampanglah, keluar masjid saja dulu.

Masalah mulai timbul, sandal yang ku simpan di pintu masuk hilang.  Lupa naruhnya. Terpaksa berjalan tanpa alas kaki.

Sampai di luar Masjidil Haram, aku memandangi sekeliling, mencari tulisan Hotel Hilton. Semalam, sewaktu keluar hotel, tak sempat mengamati bentuk bangunannya.

Tapi tak ada bangunan yang bertuliskan Hilton Hotel. Gampang, tanya saja ke askar (petugas keamanan). Aku tidak bisa berbahasa Arab, celakanya sang askar tak bisa berbahasa Inggris atau Indonesia. Jadi dengan bahasa isyarat aku tanyakan Hotel Hilton.

Dia menunjuk arah sebelahnya. “Mustakim.” Kebetulan kata itu aku paham kata itu. Ada dalam Surat Al Fatihah. Artinya lurus. Mengikuti arahannya aku berjalan lurus ke samping mengitari masjid.

Mata masih tetap memandangi ke seberang masjid, mencari-cari nama Hotel Hilton.  Tak ada juga.

Aku terus berjalan mengitari Masjid Haram yang luas. Udara dingin pagi menggigit.  Hanya mengenakan kain ihram, terasa sangat dingin  di badan. Kaki serasa membeku tanpa alas kaki.

Mungkin askar tadi salah menunjuk  arah. Aku cari lagi askar di sekitar situ. Dia memberi jawaban yang sama. “Mustakim.” Ku ikuti lagi petunjuknya. Namun Hotel Hilton tak kunjung ditemukan.

Sudah dua pertiga bagian luar Masjidil Haram dikitari. Kaki sudah berat melangkah. Lelah sudah mendera. Tak tahu harus bagaimana lagi. Bukan hanya kedinginan, perut juga mulai keroncongan. Kepala terasa pusing. Ibadah umrah semalam sangat menguras tenaga.

Dengan kelelahan yang sangat, aku terus berjalan. Sampai akhirnya….kembali ke tempat semula tadi keluar masjid.

Ya Allah. Aku tekejut bukan main. Sudah mengitari seluruh bagian luar Masjidil Haram dan tak berhasil menemukan Hotel Hilton. Aku tersesat.

Langsung aku mengucap istighfar berkali-kali. Hal yang tak mungkin dibayangkan terjadi. Tak tahu jalan pulang ke hotel.

Beberapa saat aku duduk sambil memohon ampun pada Allah atas kesombongan selama ini. Begitu mulai tenang, kucari-cari lagi askar. Petugas yang duduk di pintu masuk sudah berganti. Aku tanya dia “Hotel Hilton?” Sambil tetap duduk di kursinya, dengan tanpa suara dia menunjuk dengan tongkatnya. “Hilton.”

Tongkatnya mengarah ke bangunan tinggi menjulang di depannya. Itu bangunan yang pertama kali kulihat waktu keluar dari masjid tadi. Seolah tak percaya aku kembali meyakinkan. ”Hotel Hilton ?”

“Hilton..Hilton,” jawab sang askar mengangguk-angguk.

Ya Allah berarti dari tadi Hotel Hilton ada di depanku. Buah kesombongan tak bisa menemukannya.

Dengan sisa tenaga  yang ada aku menuju ke hotel tempat menginap selama di Makkah itu. Jadi teringat dengan Pak Trisno. Aku saja yang masih muda, berpengalaman jalan-jalan ke mana-mana bisa tersesat, bagaimana dengan Pak Trisno?

Di lift hotel saat akan menuju kamar, tiba-tiba suara serak orang tua memanggil dari belakang. “Mas Broto, ke mana saja?” 

Aku menoleh. Pak Trisno yang dikira akan tersesat justru sudah mengenakan jas rapi, tersenyum ke arahku.

“Kita sudah sarapan dari tadi,” sambungnya.

Aku tak berkata-apa-apa. Ku peluk Pak Trisno. “Saya tersesat Pak. Maafkan saya.”

Tip Meliput Haji

- Siapkan fisik, terutama dengan jalan kaki di pagi hari.

- Pelajari lokasi-lokasi penting di Tanah Suci.

- Kumpulkan informasi yang hendak diliput.

- Bawa bekal uang jika hendak bepergian jauh.

- Belajar percakapan bahasa Arab sederhana.

- Bawa penerjemah jika wawancara berbahasa Arab (jika tak  bisa berhasa Arab).

- Jangan bawa kamera ke dalam masjid (kamera akan disita askar, tapi HP tidak).

- Selalu bawa handpohe jika liputan jauh.

- Jangan terlalu memaksa diri memasuki wilayah yang dilarang.

- Minum teratur kendati tidak haus.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement