Senin 17 Aug 2020 17:25 WIB

Dampak Pandemi, Pembangunan Smelter Freeport Terhenti

Pada Februari, progres pembangunan smelter Freeport baru 5,8 persen.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolandha
Dampak Pandemi Covid-19 memaksa pembangunan smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) harus berhenti. Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas menjelaskan sudah lima bulan ini tidak ada aktivitas apa apa di Gresik.
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Dampak Pandemi Covid-19 memaksa pembangunan smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) harus berhenti. Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas menjelaskan sudah lima bulan ini tidak ada aktivitas apa apa di Gresik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dampak Pandemi Covid-19 memaksa pembangunan smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) harus berhenti. Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas menjelaskan sudah lima bulan ini tidak ada aktivitas apa apa di Gresik.

Tony menjelaskan terakhir pada Februari kemarin progres pembangunan smleter sudah mencapai 5,8 persen. Sayangnya, mulai Maret aktivitas pembangunan terhenti karena aktivitas di Gresik, lokasi pembangunan Freeport tertutup.

"Lima bulan kita praktis berhenti karena Gresik juga berhenti. Kontraktor utama kta juga terkena dampak pandemi. Kita lima bulan ini gak ada kegiatan," ujar Tony dalam diskusi virtual, Senin (17/8).

Karena hal tersebut, Tony memprediksi pengoperasian pabrik smelter yang rencana akan mulai pada 2023 otomatis akan mundur satu tahun. Ia menjelaskan sudah mengajukan relaksasi kondisi ini kepada pemerintah namun belum ada jawaban resmi.

"Kita beberapa bulan lalu menyampaikan permohonan ini untuk ditunda dalam jangka waktu 12 bulan. Sudah ada pemahaman, tapi resminya belum dapat persetujuan," ujar Tony.

Tony menilai pembangunan pabrik pemurnian atau smelter tembaga tidaklah menguntungkan baik bagi perusahaan maupun negara. Sebab, nilai tambah harga jual dari konsentrat ke tembaga katoda hanya 5 persen.

Nilai tambah yang hanya lima persen ini tidak sebanding dengan harga jual jika diekspor dan spending yang harus dikeluarkan oleh negara dan perusahaan. Meski begitu, Tony menjelaskan karena sudah termuat dalam peralihan kontrak karya maka akan tetap dilakukan.

"Ini juga perlu dipahami pembanuhan ini memang bukan menguntungkan. Smleter tembaga itu hasil utamanya adalah refenery itu. Nilai tambah dari bijih ke konstrat sudah 5 persen," ujar Tony dalam diskusi virtual, Senin (17/8).

Perusahaan akan tetap melakukan pembangunan smelter di Gresik karena dekat dengan pabrik Petrokimia yang akan menyerap asam sulfat dari proses permurnian. Sehingga, biaya logistik jauh lebih murah.

"PTFI akan bangun satu smleter baru. Seluruh konsentrat PTFI akan bisa diolah didalam negeri. Itu adalah yang sedang kita lakukan sekarang meski memang terlambat. Terlepas dari itu, kita akan tetap bangun," ujar Tony.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement