Selasa 18 Aug 2020 01:31 WIB

Menerka Langkah Coutinho

Coutinho ditolak pulang ke Barca, tapi Muenchen keberatan untuk membuatnya permanen.

Philippe Coutinho
Foto: Infografis Republika
Philippe Coutinho

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Endro Yuwanto *)

Philippe Coutinho duduk di sebelah kiper cadangan Bayern Muenchen, Sven Ulreich, kala Muenchen bertemu Barcelona pada perempat final Liga Champions, Sabtu, 15 Agustus 2020, di Stadion Da Luz, Lisbon, Portugal. Saat Muenchen mencetak gol pertama dan gol-gol selanjutnya, Coutinho tidak melakukan selebrasi berlebihan dari bangku cadangan.

Coutinho sepertinya sadar karena Barcelona masih menjadi pemilik resmi dirinya walau ia tengah dipinjamkan ke Muenchen. Apalagi, akhir musim ini Muenchen telah melewatkan opsi peminjaman Coutinho dan tidak akan mengambil opsi pembelian dari Barcelona.

Coutinho baru dimasukkan pelatih Muenchen Hansi Flick pada menit ke-75. Ia menggantikan penyerang sayap Serge Gnabry saat Muenchen sudah unggul telak 5-2 atas Barcelona. Gelandang asal Brasil itu tak butuh waktu lama untuk memperlihatkan magisnya di lapangan. Pada menit ke-82, ia menjadi aktor gol Robert Lewandowski.

Umpan terukur Coutinho dari sisi kanan pertahanan Barcelona disambut sundulan Lewandowski. Penyerang asal Polandia itu dengan mudah menceploskan bola ke gawang Marc-Andre ter Stegen.

Tiga menit berselang, Coutinho turut menempatkan namanya di papan skor. Ia dengan tenang melepaskan bola lewat sepakan jarak dekat di dalam kotak penalti yang mengecoh Ter Stegen. Satu gol dan satu assist seperti belum cukup buat Coutinho. Pemain berusia 28 itu lantas mencetak gol keduanya di laga ini pada menit ke-89. Coutinho terlihat berusaha tidak merayakan dua golnya ke gawang Barcelona.

Coutinho mungkin menangis dalam hati saat terpaksa menuruti tugas profesionalnya mencetak dua gol dan satu assist bagi Muenchen dalam kemenangan 8-2 atas Barcelona. Muenchen pun melaju ke semifinal dan berpeluang mengangkat trofi Liga Champions, sementara Barcelona harus mengakhiri musim 2019/2020 tanpa gelar juara.

Situasi dilematis Coutinho berawal saat Barcelona merekrutnya dari Liverpool pada bursa transfer Januari 2018. Barcelona merogoh kocek hingga 145 juta euro atau sekitar Rp 2,5 triliun untuk membajak Coutinho dari Anfield. Nilai transfer itu merupakan yang termahal dalam sejarah klub yang bermarkas di Camp Nou.

Namun, harga termahal belum menjamin kualitas. Penampilan Coutinho jauh dari ekspektasi. Hingga akhirnya, Barcelona memutuskan untuk dalam tanda kutip membuang Coutinho ke Muenchen pada musim panas 2019. Barca melepas pemain asal Brasil itu bukan untuk transfer permanen, melainkan dengan status pemain pinjaman.

Memang, selama membela Barcelona, Coutinho ikut mempersembahkan gelar La Liga Spanyol 2017/2018 dan 2018/2019, serta Copa del Rey 2017/2018 dan Piala Super Spanyol 2018. Namun perannya tak dominan dan kerap hanya menghuni bangku cadangan.

Barcelona tidak pernah menyaksikan langsung Coutinho yang sama seperti di Liverpool. Coutinho di Barca tampak seperti pemain yang berbeda dengan Coutinho di Liverpool. Kualitasnya, performanya, kepercayaan dirinya jauh di bawah standar yang seharusnya. Padahal pemain kelahiran 12 Juni 1992 di Rio de Janeiro ini pernah menyabet gelar pemain terbaik Liverpool musim 2014/2015 dan 2015/2016.

Ada dugaan kegagalan Coutinho bersinar di Barcelona disebabkan oleh peran Lionel Messi sebagai pengatur serangan yang tidak mungkin dilakukan pemain lain. Coutinho dan Messi merupakan pemain yang punya tipe permainan serupa. Kedua pemain itu akan bersinar jika mendapat kepercayaan menjadi pengatur serangan dan diberi kebebasan bergerak maupun memegang bola.

Selama di Barcelona, Coutinho lebih banyak menjadi penyerang sayap kiri. Posisi itu tentu berbeda dibanding saat masih di Liverpool maupun timnas Brasil kala Coutinho ditempatkan tepat di belakang striker.

Aura Messi di Barcelona memang kerap meredupkan bintang lain yang baru datang ke Camp Nou. Tak hanya Coutinho, dulu Zlatan Ibrahimovic dan Thierry Henry juga seakan sempat tenggelam dalam bayang-bayang Messi. Kini Antoine Griezmann, mantan bintang Atletico Madrid dan timnas Prancis, pamornya juga tenggelam dalam bayang-bayang kebintangan Messi.

Sebenarnya, soal kualitas Coutinho sudah membuktikan diri selama 15 menit laga Muenchen kontra Barcelona. Coutinho kembali memperlihatkan dribel andalan dan trik magis sepak bola seperti yang diperlihatkannya di Liverpool dahulu. Si penyihir kecil ini mulai menemukan trik sihirnya.

Selama satu musim di Allianz Arena, Coutinho pun telah menemukan bentuk terbaiknya meskipun hanya mencetak sembilan gol dan sembilan asisst dalam 32 laga Bundesliga Jerman. Di timnas Brasil, pesona Coutinho juga tak meredup. Terakhir, ia membawa Brasil menjuarai Copa America 2019. Padahal sepanjang turnamen, Brasil tak diperkuat bintang utamanya, Neymar Jr, yang cedera.

Coutinho kini di persimpangan. Ia masih secara resmi menjadi pemain Barcelona, tetapi ditolak untuk pulang ke Camp Nou pada musim depan. Sementara Muenchen keberatan untuk membuatnya permanen, entah karena kualitasnya di masa lalu atau karena harganya yang terlalu mahal.

Pada suatu ketika Coutinho pun menyatakan keinginannya untuk kembali ke kompetisi Liga Primer Inggris. Ia bahkan bersedia memotong gajinya jika kembali ke Inggris. Ada sinyal Chelsea dan Arsenal meminatinya. Namun masih samar. Kembali ke Liverpool hampir mustahil, lantaran the Reds sudah punya stok sejumlah gelandang serang yang mempuni.

Jika saja dulu Coutinho tak buru-buru ke Barcelona, mungkin kini bisa menjadi legenda Liverpool plus trofi Liga Primer Inggris dan Liga Champions di pundaknya. Padahal dulu pelatih Liverpool Juergen Klopp sempat menghalang-halangi keinginan Coutinho untuk berlabuh ke Camp Nou.

“Pergi ke klub lain, ke Barcelona, Bayern Muenchen, atau pun Real Madrid, hanya akan membuatmu menjadi pemain lain. Di Liverpool seorang pemain bisa menjadi sesuatu yang lebih. Bertahan di sini (Liverpool) dan mereka akan membuatkanmu patung untuk menghormatimu,” kata Klopp kala itu.

Coutinho kini layak galau. Ia telanjur menolak cinta yang diberikan Liverpool, dan kini Barcelona dan Muenchen pun menolaknya. Tapi penyihir kecil ini harus tetap berusaha mengembalikan reputasinya. Jalannya masih panjang. Ia harus percaya magisnya belum sirna.

*) Jurnalis Republika Online

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement