Senin 17 Aug 2020 12:00 WIB

Semangat Keagamaan Perkuat Keyakinan untuk Merdeka

Keyakinan untuk merdeka diperkuat semangat keagamaan.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Semangat Keagamaan Perkuat Keyakinan untuk Merdeka. Foto: Warga memasang bendera Merah Putih di Poetoek Suko, Trawas, Mojokerto, Jawa Timur, Ahad (16/8/2020). Pemasangan ribuan bendera Merah Putih di tempat wisata tersebut guna memeriahkan HUT Kemerdekaan ke-75 RI.
Foto: Antara/Zabur Karuru
Semangat Keagamaan Perkuat Keyakinan untuk Merdeka. Foto: Warga memasang bendera Merah Putih di Poetoek Suko, Trawas, Mojokerto, Jawa Timur, Ahad (16/8/2020). Pemasangan ribuan bendera Merah Putih di tempat wisata tersebut guna memeriahkan HUT Kemerdekaan ke-75 RI.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemerdekaan Indonesia hingga kini sudah mencapai 75 tahun. Dalam Kemerdekaan itu sendiri tidak terlepas dari kontribusi umat Islam. Semangat keagamaan yang dimiliki para ulama tradisional dulu memperkuat keyakinan umat Islam untuk terbebas dari penjajah.

Sejarawan Islam dan Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof Dudung Abdurahman menjelaskan, dalam banyak literatur sejarah disebutkan bahwa pada pertengahan abad ke-19 Belanda telah mengukuhkan kekuasaannya di Indonesia.

Baca Juga

Sementara itu, bangsa Indonesia dan umat Islam khususnya saat itu belum merupakan bagian dari kesatuan politik dan budaya, melainkan mereka terbagi dalam banyak etnis, budaya, dan sejumlah kekuasaan lokal.

Kemudian pada akhir abad ke-19, dominasi Belanda tidak hanya mengantarkan kepada transformasi kehidupan politik dan ekonomi, tetapi juga telah memancing reaksi masyarakat Indonesia untuk menentang campur tangan bangsa asing itu. Sejak itulah bangsa Indonesia secara umum terbentuk dalam dua orientasi kelompok gerakan, yaitu kelompok nasionalis dan muslim. 

Menurut Prof Dudung, respons terhadap perubahan politik dan kondisi sosial dari kalangan muslim sendiri pada mulanya datang dari sektor-sektor kemasyarakatan yang otonom, seperti ulama tradisional dan guru-guru sufi.

“Semangat keagamaan memperkuat keyakinan mereka bahwa wilayah muslim harus dibebaskan dari penjajah asing, dan sebuah negara muslim yang merdeka harus segera diwujudkan,” ujarnya kepada Republika.co.id beberapa waktu lalu.

Pada permulaan abad ke-20, lanjut dia, respons terhadap kolonial itu datang pula dari reformer muslim dan kalangan intelektual. Karena itu, menurut dia, kebangkitan nasionalisme Indonesia mulai tampil dalam pergumulan gerakan nasionalis sekuler, komunis, tradisionalis Islam, dan reformis Islam.

Prof Dudung mengatakan, semua gerakan tersebut bangkit menentang pemerintahan Belanda, kemudian mereka bersaing antara satu dengan lainnya dalam pergolakan untuk merumuskan bentuk masyarakat Indonesia.

Namun, tambah dia, gerakan-gerakan tersebut secara ideologi dikategorikan menjadi gerakan nasionalis, gerakan komunis, dan gerakan muslim, yang semuanya mengembangkan aktivitas gerakan melalui organisasi-organisasi kemasyarakatan dan partai politik.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement