Senin 17 Aug 2020 02:07 WIB

Studi: Kelompok Sayap Kanan Inggris Lebih Ekstrem Rasis

Laporan baru mengatakan sayap kanan Inggris lebih rasis secara terbuka

Red: Nur Aini
Kelompok di Inggris
Kelompok di Inggris

 

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Kelompok sayap kanan Inggris menjadi lebih rasis secara terbuka dan "jauh lebih ekstrem secara ideologi," menurut sebuah laporan.

Baca Juga

Laporan Hope Not Hate, sebuah kelompok kampanye anti-fasisme, mengatakan selama bertahun-tahun dominasi tokoh fasis seperti Tommy Robinson yang fokus menyerang muslim, menyebabkan meningkatnya nasionalisme kulit putih di negara itu. Laporan tersebut, yang masih akan dirilis tetapi sudah dibaca oleh The Independent, menemukan bahwa pertumbuhan Patriotic Alternative Group, yang secara terbuka menyerukan agar non-kulit putih dikeluarkan dari Inggris, menunjukkan "pergeseran ke arah politik rasial yang lebih terbuka" .

Aktivis sayap kanan Inggris menjadi "jauh lebih ekstrim secara ideologi," ujar penulis laporan itu, Simon Murdoch, seperti dikutip oleh harian Inggris. Dia mengatakan perubahan sikap itu dipicu oleh protes Black Lives Matter (BLM), yang disebabkan pembunuhan George Floyd oleh seorang petugas polisi di AS, dan meningkatnya penyeberangan imigran dari Prancis ke Inggris.

“Ada lebih banyak kemauan untuk mendiskusikan rasisme secara umum saat ini,” kata Murdoch.

Desas-desus bahwa pengunjuk rasa BLM akan menyerang patung Winston Churchill di Parliament Square, setelah patung pedagang budak abad ke-17 Edward Colston digulingkan di Bristol, menyebabkan ribuan anggota sayap kanan dari berbagai kelompok datang ke London untuk "mempertahankan" patung tersebut.

The Football Lads Association, English Defense League (EDL) dan Britain First termasuk di antara kelompok fasis yang mengorganisir protes balasan. Mereka menyerang polisi, jurnalis dan pengunjuk rasa BLM di Parliament Square, White Hall dan Trafalgar Square, memeragakan salam Nazi dan meneriakkan slogan-slogan rasis, yang sebagian besar tertangkap kamera.

Murdoch mengatakan bahwa kelompok dan aktivis dominan di sayap kanan Inggris, seperti mantan pemimpin EDL, Tommy Robinson, yang bernama asli Stephen Christopher Yaxley, fokus menyerang kelompok Islam dalam beberapa tahun terakhir dan meninggalkan rasisme terang-terangan kepada “fasis ekstrem”.

Gerakan identitas

Laporan itu juga menyatakan bahwa ada kebangkitan gerakan identitas di seluruh Eropa dan penyebaran teori konspirasi, yang mengklaim bahwa orang kulit putih di seluruh benua digantikan oleh non-kulit putih, telah berkontribusi pada ekstrim kanan sayap di Inggris.

“Ada gerakan dari orang-orang yang sebelumnya mengusung topik seperti Islam, dan di samping itu adalah kelompok sayap kanan muda Inggris yang menganut ide-ide yang lebih ekstrim dan tradisional fasis, nasionalis kulit putih serta anti-semit,” kata Murdoch.

Patriotic Alternative dibentuk tahun lalu oleh mantan direktur publisitas Partai Nasional Inggris, Mark Collett. Dia mengklaim bahwa orang-orang "asli Inggris" sedang dibasmi dan mencari tindakan ekstrim untuk melindungi "penduduk asli Inggris", termasuk "penghentian total untuk imigrasi" dan membayar imigran untuk "kembali ke tanah air leluhur mereka."

Kelompok tersebut sejauh ini telah menarik ribuan fasis dari seluruh Inggris. Murdoch mengatakan kelompok itu telah menarik dukungan dari tokoh-tokoh yang sebelumnya aktif dalam kelompok neo-Nazi, tetapi juga mereka yang berlatar belakang gerakan "lebih moderat".

Dia juga memperingatkan bahwa Patriotic Alternative sedang "mencoba untuk memberikan wajah yang paling ramah kepada ide-ide yang sangat fasis" dengan menggunakan terminologi terselubung.

sumber : https://www.aa.com.tr/id/dunia/studi-kelompok-sayap-kanan-inggris-lebih-ekstrim-secara-ideologis-/1943552
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement