Senin 17 Aug 2020 05:21 WIB
HUT RI Ke-75

Kisah Penyelamatan Bendera Merah Putih Jahitan Fatmawati

Sukarno menyimpan bendera itu di peti besi dari Jakarta ke Yogya.

Bendera pusaka yang dijahit Ibu Fatmawati
Foto:

Pada 6 Juli 1949, Sukarno dipulangkan ke Yogyakarta. Selama Sukarno dan Hatta dibuang, ada perundingan-perundingan dengan Belanda, yang berujung pada pengakuan resmi kemerdekaan oleh Belanda.

Pertemuan Roem-Royen, bahkan dilakukan di meja dapur di rumah tempat Sukarno dijadikan tahanan di Muntok, Bangka, yang berujung diadakannya Konferensi Meja Bundar. Belanda bersedia mengakui kemerdekaan dengan syarat Indonesia menerima limpahan utang Hindia Belanda sebesar 1,130 miliar dolar.

Pada 28 Desember 1949, Sukarno pun terbang dari Yogyakarta menuju Kemayoran, Jakarta, menggunakan pesawat KLM yang sudah digambari Garuda karena sudah menjadi milik Garuda Indonesia Airways sehari sebelumnya. Turun dari pesawat, yang pertama keluar adalah pengawal kehormatan yang mengiring Sang Saka Merah Putih. Bendara pusaka ini telah dijahit kembali oleh Mutahar di bekas lubang-lubang jahitan Fatmawati.

Bagaimana bendera ini kembali ke tangan Sukarno? Mutahar tidak menyerahkannya di Yogyakarta, tetapi memberikannya ketika Sukarno masih di Bangka. Pada Juni 1948, Mutahar menerima surat dari Sukarno yang meminta bendera dikirim ke Bangka.

Pembawa surat itu sekretaris delegasi Indonesia untuk perundingan R Soedjono yang akan berangkat ke Bangka. Sukarno meminta Mutahar menitipkan bendera pusaka itu ke dia. Mutahar menyerahkannya dengan dibungkus koran.

Setibanya di Jakarta setelah pengakuan kemerdekaan itu, Sukarno segera menuju ke Istana Merdeka. Ia mendapati Istana sangat berantakan. Ditinggalkan Belanda dengan sengaja dirusak.

Pada 7 Juli 1950, atas perintah Sukarno, dipasanglah tiang bendera setinggi 17 meter di halaman Istana Merdeka. "Bendera Proklamasi 17 Agustus 1945 yang kini dianggap sebagai bendera pusaka, akan menjadi bendera pertama yang dikibarkan di tiang ini pada tanggal 17 Agustus 1950 yang dilakukan melalui upacara," tulis Preanger Bodeedisi 8 Juli 1950.

Pada 17 Agustus 1950, bendera pusaka yang warna merahnya sudah memudar itu untuk pertama kalinya berkibar di halaman Istana Merdeka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement