Ahad 16 Aug 2020 08:15 WIB

Ini 4 Catatan Menarik Usai Manchester City Dibabat Lyon

Pelatih City Pep Guardiola seperti lupa cara mencapai semifinal Liga Champions.

Para pemain Olympique Lyon merayakan gol ke gawang Manchester City di Stadion Alvalade di Lisbon, Portugal, Ahad (16/8) dini hari WIB. Lyon unggul 3-1 pada babak perempat final Liga Champions itu.
Foto: EPA/Antonio Cotrim
Para pemain Olympique Lyon merayakan gol ke gawang Manchester City di Stadion Alvalade di Lisbon, Portugal, Ahad (16/8) dini hari WIB. Lyon unggul 3-1 pada babak perempat final Liga Champions itu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manchester City harus menunda ambisi menjadi yang terbaik di Eropa, setidaknya satu musim lagi, setelah tersingkir di babak perempat final Liga Champions. The Citizens dikejutkan oleh Olympique Lyon dengan kekalahan 1-3 di Stadion Jose Alvalade, Lisbon, Portugal, Ahad (16/8) pagi WIB.

Berikut adalah empat catatan menarik dari pertandingan tersebut:

1. Tren supersub berlanjut

Kehadiran supersub alias pergantian pemain yang tepat menjadi tren yang mewarnai perempat final Liga Champions musim ini. Kylian Mbappe membalik peruntungan Paris Saint-Germain (PSG) melawan Atalanta, Tyler Adams mencetak gol kemenangan RB Leipzig atas Atletico Madrid, bahkan Philippe Coutinho mengirim satu assist serta dua gol ketika Bayern Muenchen menggilas klub asalnya, Barcelona.

Pelatih Lyon Rudi Garcia jelas mempelajari itu dengan baik ketika ia mengirim masuk Moussa Dembele yang mencetak dua gol penentu kemenangan Lyon atas City.

2. Cornet dan Dembele setara Messi

Satu gol Maxwell Cornet dan dua gol Moussa Dembele ke di Jose Alvalade membuat keduanya sejajar dengan megabintang Barcelona Lionel Messi dalam urusan membobol gawang City di kompetisi Eropa. Ketiganya sama-sama sudah mencetak empat gol ke gawang City semenjak Pep Guardiola mengambil alih kursi kepelatihan di Etihad.

Tiga gol Cornet sebelumnya dicetaknya ketika Lyon mengalahkan dan mengimbangi City di fase penyisihan Grup F Liga Champions musim lalu, sedangkan Dembele mencetak dua gol kontra City saat masih membela Celtic pada musim 2016/2017.

3. Guardiola lupa cara capai semifinal

Dalam tujuh tahun pertamanya berkompetisi di Liga Champions, empat tahun bersama Barcelona dan tiga tahun di Bayern Muenchen, Guardiola tidak pernah gagal mengantarkan tim yang ditukanginya mencapai semifinal. Namun, hal itu berubah sejak ia menangani City pada 2016.

Empat musim berlalu Guardiola ditopang dana yang besar, dan langkah terjauhnya bersama City hanyalah perempat final. Kekalahan 1-3 lawan Lyon sekaligus menandai kegagalan City era Guardiola membukukan catatan nirbobol di perempat final Liga Champions dan selalu kemasukan tiga gol atau lebih dalam tiga musim terakhir setelah 0-3 lawan Liverpool (2017/2018) dan 3-4 kontra Tottenham Hotspur (2018/2019).

4. Mental Eropa tak bisa dibeli uang

City mungkin klub kaya raya dan bisa membeli semua pemain yang diinginkan dengan tetap bisa menjaga diri dari ancaman regulasi kepatutan finansial. Sayangnya, uang yang mengalir dari Timur Tengah yang mengubah Elland Road jadi Etihad tak bisa membeli mental bertanding di Eropa.

Sejak dibeli konsorsium Uni Emirat Arab, City paling jauh hanya bisa mencapai semifinal Liga Champions dan kerap tersingkir oleh momen-momen magis yang bagi sebagian pemercaya takhayul lekat dengan persoalan mental Eropa.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement