Ahad 16 Aug 2020 06:29 WIB

Korban Banjir Sigi Memilih Bertahan di Pengungsian

Korban banjir Sigi masih takut kembali ke rumah karena cuaca ekstrem di wilayahnya.

Warga berada di dekat puing rumah yang hancur akibat diterjang banjir bandang di Desa Oloboju, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Sabtu (11/7/2020). Banjir bandang yang terjadi pada Jumat (10/7/2020) malam karena hujan deras dan membawa material lumpur dan kayu-kayu itu menyapu sejumlah  rumah warga dan menghanyutkan ternak serta merusak ratusan hektar lahan pertanian milik warga (Foto: banjir Sigi)
Foto: ANTARA/BASRI MARZUKI
Warga berada di dekat puing rumah yang hancur akibat diterjang banjir bandang di Desa Oloboju, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Sabtu (11/7/2020). Banjir bandang yang terjadi pada Jumat (10/7/2020) malam karena hujan deras dan membawa material lumpur dan kayu-kayu itu menyapu sejumlah rumah warga dan menghanyutkan ternak serta merusak ratusan hektar lahan pertanian milik warga (Foto: banjir Sigi)

REPUBLIKA.CO.ID, SIGI -- Para korban banjir bandang di Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, enggan kembali ke rumah. Mereka tetap bertahan di lokasi pengungsian karena masih takut dengan kondisi cuaca ekstrem di wilayah itu.

"Kami masih takut, sebab hujan masih mengguyur wilayah Kulawi," kata Apet, seorang warga Desa Bolapapu, Kecamatan Kulawi, yang masih bertahan tinggal sementara di lokasi pengungsian, Sabtu (15/8).

Baca Juga

Dia menyampaikan, petugas gabungan dari TNI/Polri, Basarnas, BPBD dan sejumlah relawan NGO selesai melakukan kerja bakti pembersihan lokasi permukiman penduduk pascabanjir. Namun, warga tetap khawatir untuk kembali ke rumah.

Hal senada juga disampaikan, Yosafat. Lelaki itu harus rela kehilangan rumahnya karena hanyut diterjang banjir bandang. Kini, kata dia, terpaksa sementara tinggal di rumah keluarganya di Desa Bolapapu.

"Kami yang sudah tak punya tempat tinggal lagi sangat berharap mendapat perhatian dari pemerintah," kata dia.

Sebelum banjir badang menerjang rumahnya, ia bersama masyarakat setempat sudah mengungsi. Dalam waktu singkat itu tiba-tiba banjir badang menyapu permukiman warga di dua dusun di Desa Bolapapu.

Termasuk rumahnya yang jauh dari daerah aliran sungai juga diterjang banjir bandang. Banjir bandang bukan semata-mata akibat luapan air sungai di wilayah itu, tetapi dari atas bukit banjir membawa meterial batu dan kayu-kayu memporak-porandakan rumah penduduk. Yosafat mengatakan, tidak keberatan jika permukiman mereka direlokasi ke tempat yang lebih aman dari ancaman banjir dan longsor.

"Musibah ini terjadi sudah beberapa kali dan membuat masyarakat sangat menderita," kata dia.

Menurut dia, jika memang pemerintah mau memindahkan permukiman ke lokasi yang lebih aman, mereka tidak keberatan. Pasalnya, permukiman di Desa Bolapapu sudah sering diterjang banjir bandang. Bahkan pada banjir bandang tahun 2012 menimbulkan korban jiwa.

Begitu pula banjir bandang yang terjadi pada Desember 2019, tercatat dua korban jiwa meninggal dunia. Banjir bandang kali ini tidak ada korban jiwa, kecuali kerugian materi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement