Jumat 14 Aug 2020 16:42 WIB

Hamas Kutuk Kesepakatan Normalisasi UEA-Israel

Kesepakatan UEA-Israel dinilai tidak melayani kepentingan Palestina

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
 Warga Palestina di Gaza City
Foto: AP/Khalil Hamra
Warga Palestina di Gaza City

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas melakukan percakapan via telepon pada Kamis (13/8) malam. Mereka membahas tentang kesepakatan normalisasi hubungan yang dicapai Uni Emirat Arab (UEA) dan Israel.

Hamas mengutuk kesepakatan normalisasi tersebut. Menurutnya, kesepakatan itu tidak memberi sumbangsih apa pun untuk melayani kepentingan Palestina. Sebaliknya, ia mengabaikan hak-hak rakyat Palestina.

Baca Juga

"Dalam panggilan tersebut, Haniyeh menekankan dukungannya terhadap posisi kepemimpinan Palestina dan Presiden Abbas dalam menolak kesepakatan UEA-Israel yang disponsori Amerika Serikat (AS)," kata kantor berita Palestina dalam laporannya.

Haniyeh mengatakan Hamas akan berada di belakang Abbas dalam memperjuangkan pembentukan negara Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya. Israel dan UEA telah mencapai kesepakatan untuk menormalisasi hubungan bilateral. Kesepakatan itu tercapai setelah Presiden AS Donald Trump, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dan Putra Mahkota UEA Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan melakukan pembicaraan via telepon.

"Terobosan diplomatik bersejarah ini akan memajukan perdamaian di kawasan Timur Tengah serta merupakan bukti diplomasi dan visi kuat tiga pemimpin dan mendorong UEA serta Israel untuk memetakan jalur baru yang akan membuka potensi besar di kawasan," kata Israel dan UEA dalam pernyataan bersama seperti dilansir Aljazirah.

Di bawah kesepakatan normalisasi hubungan dengan UEA, Israel setuju untuk menangguhkan rencana pencaplokan Tepi Barat. Trump berharap langkah UEA akan diikuti negara-negara Arab lainnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement