Jumat 14 Aug 2020 14:34 WIB

Kasus Covid-19 di Brasil Tembus 3,2 Juta

Brasil menjadi negara kedua di dunia dengan kasus maupun kematian COVID-19 tertinggi.

 Presiden Brasil Jair Bolsonaro mengenakan topeng di tengah pandemi COVID-19 pada awal upacara pengibaran bendera bangsanya di Brasilia, Brasil, Rabu, 5 Agustus 2020.
Foto: AP/Eraldo Peres
Presiden Brasil Jair Bolsonaro mengenakan topeng di tengah pandemi COVID-19 pada awal upacara pengibaran bendera bangsanya di Brasilia, Brasil, Rabu, 5 Agustus 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, SAO PAULO -- Brasil mencatat 1.262 kematian baru akibat COVID-19 dalam 24 jam terakhir. Data ini menambah total menjadi 105.463 kematian sejak kasus pertama dilaporkan di negara tersebut.

Kementerian Kesehatan Brasil pada Kamis (13/8) melaporkan total 3.224.876 kasus COVID-19 termasuk 60.091 kasus baru.

Baca Juga

Sao Paulo masih menjadi episentrum wabah virus corona di Brazil, dengan 26.324 kematian. Selanjutnya Negara Bagian Rio de Janeiro dengan 14.412 kematian dan Ceara dengan 8.088 kematian.

Brasil menjadi negara kedua di dunia dengan kasus maupun kematian COVID-19 tertinggi setelah Amerika Serikat.

Saat ini Brasil sedang melakukan pembicaraan dengan Rusia untuk memproduksi vaksin COVID-19. Brasil juga menyepakati untuk melakukan uji klinis pada warganya atas vaksin yang telah dibuat oleh perusahaan farmasi China.

Dalam menyikapi pandemi, Presiden Brazil Jair Bolsonaro menyerukan para gubernur negara bagian untuk mencabut pembatasan agar para pelaku perekonomian kembali beraktivitas. Namun sebagian gubernur tak mengikuti seruan Presiden yang berasal dari kekuatan politik sayap kanan itu.

Menurut Bolsonaro, berhentinya aktivitas perekonomian akan lebih mematikan daripada virus corona.

Para pendukung Bolsonaro beberapa kali turun ke jalan-jalan untuk memprotes pembatasan pergerakan yang diberlakukan oleh para gubernur di sejumlah wilayah negara bagian. Bolsonarobahkan ikut turun ke jalan bersama para pendukungnya.

Selama pandemi, Bolsonaro ditinggalkan oleh dua menteri kesehatannya secara berturut-turut. Mereka berselisih pendapat dalam mengatasi penyakit menular yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China tengah itu.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement