Jumat 14 Aug 2020 12:41 WIB

Mewaspadai Iklan Pornografi Ketika Anak Belajar Daring

Laman Gurubp.com diblokir setelah sempat dimasuki iklan berbau porno.

Seorang siswa saat melaksanakan pembelajaran jarak jauh menggunakan gawainya. Orang tua dan guru harus mengajarkan anak bahaya pornografi di internet yang mungkin bisa muncul ketika anak sedang belajar.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Seorang siswa saat melaksanakan pembelajaran jarak jauh menggunakan gawainya. Orang tua dan guru harus mengajarkan anak bahaya pornografi di internet yang mungkin bisa muncul ketika anak sedang belajar.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Arif Satrio Nugroho, Antara

Belajar dari rumah secara daring membuat anak mau tidak mau memiliki hubungan yang lebih intens dengan gawainya. Pelajaran yang ditelusuri dari dunia maya juga mengakibatkan anak berpotensi terpapar pornografi daring meski tidak disengaja.

Pada Jumat (14/8), laman blog belajar anak Gurubp.com tidak dapat diakses atau mengalami pemblokiran. Laman tersebut tidak dapat diakses dengan jaringan normal setelah iklan berbau pornografi sempat muncul dalam laman soal-soal siswa.

Berdasarkan penelusuran Republika.co.id, pada pukul 10.00, Laman tersebut tidak bisa diakses. Tertera keterangan bahwa laman tersebut tidak dapat diakses karena memuat konten pornografi.

Namun, dengan menggunakan VPN, laman gurubp.com tetap bisa diakses. Di halaman utama situs tersebut, administrator halaman menambahkan keterangan bahwa iklan dalam situs tersebut dihapus.

"Agar lebih bersahabat dan pantas untuk dibaca oleh anak usia sekolah dasar, maka iklan di blog ini sengaja dihapus. Mohon maaf dan terima kasih atas kritik dan sarannya," demikian tertulis di halaman muka situs Gurubp.com tersebut.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengaku telah menerima aduan masyarakat terkait adanya konten iklan berbau pornografi yang muncul dalam situs belajar anak. Konten itu muncul di sela-sela soal dan jawaban dalam laman gurubp.com. Komisioner Bidang Pornografi dan Cybercrime KPAI, Margaret Aliyatul Maimunah mengatakan, KPAI menerima pengaduan dari sejumlah masyarakat yang merasa resah dengan konten tersebut.  "Kita sudah tindaklanjuti," kata Margaret saat dihubungi, Jumat (14/8).

Margaret mengatakan, konten negatif atau iklan yang menampilkan konten yang tidak baik tersebut segera dihilangkan. Dengan demikian, tidak banyak anak yang terpapar konten negatif atau pornografi tersebut

KPAI menyayangkan munculnya konten tersebut di dalam laman yang memuat pendidikan belajar daring untuk siswa. Konten yang muncul diduga berupa iklan yang kerap muncul sebagai pop-up.

Margaret pun mengajak kepada orang tua untuk berperan aktif melakukan pendampingan pada anak pada saat penggunaan gadget, utamanya pada saat pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan teknologi internet.

"Peran sangat penting adalah pendampingan orang tua terhadap anak dalam penggunaan gadget, termasuk dalam proses pembelajaran jarak jauh melalui daring agar anak dapat terhindar dari konten negatif/pornografi dan berbagai kejahatan siber," ujar Margaret dalam keterangannya.

Margaret juga berharap, guru dapat memberikan informasi tentang literasi digital kepada orang tua dan murid agar terhindar dari berbagai konten negatif di internet. Terutama dalam pendampingan pembelajaran jarak jauh.

Azimah Subagijo, Ketua Perhimpunan Masyarakat Tolak Pornografi (MTP), mengatakan keberadaan banyak orang yang berdiam di rumah selama karantina dan sangat intensif menggunakan gawai baik untuk bekerja, sekolah, maupun mencari hiburan, ternyata berdampak kepada naiknya akses terhadap materi pornografi di beberapa tempat. Kata dia, berdasarkan statistik sebuah situs porno terkenal di dunia, ternyata  akses terhadap situs porno ini di beberapa negara naik bahkan ada yang hingga 57 persen.

Stastistik itu juga menunjukan bahwa akses pornografi di masa pandemi ini terutama naik drastis pada pukul 03.00 dan 07.00 pagi serta pukul 13.00 siang. Ditambah lagi adanya fenomena 15 juta pencarian pornografi yang mengandung kata kunci terkait corona dan covid serta 1.000 video porno bertemakan corona virus saat ini telah ditonton lebih dari 1 juta orang.

Kondisi ini, kata Azimah, jika tidak diantisipasi tentu mengkhawatirkan. Mengingat, selama pandemi ini pelajar kerap menggunakan gawai dan akses internet untuk melakukan pembelajaran jarak jauh. Termasuk tak jarang mendapat tugas dari sekolah terkait corona atau Covid-19.

"Tentunya kondisi ini rentan memicu mereka terpapar pornografi karena tidak sengaja” ujar Azimah dalam keterangannya yang disampaikan kepada Republika.co.id, Senin (6/7)

Sebagai langkah antisipasi, Azimah mendorong pendampingan dari orangtua dan juga komunikasi dengan guru penting untuk ditingkatkan guna mengantisipasi para pelajar dari terpapar materi pornografi terutama jika pembelajaran jarak jauh akan diperpanjang pelaksanaannya. Selain itu, penyadaran tentang bahaya pornografi kepada masyarakat terutama pelajar tetap harus dilakukan secara masif agar dapat mencegah mereka terjerumus bahaya pornografi.

Pendiri Yayasan Sejiwa Diena Haryana mengatakan, dampak buruk pornografi pada anak lebih besar daripada narkoba, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (napza). Ia pun menyerukan agar anak-anak dilindungi dari pornografi.

"Menurut para ahli, kecanduan napza mengakibatkan kerusakan pada tiga bagian otak. Sedangkan kecanduan pornografi menyebabkan kerusakan pada lima bagian otak," kata Diena.

Diena mengatakan, kecanduan pornografi bisa merusak korteks prefrontal yang salah satu fungsinya adalah membedakan hal baik dan hal buruk serta memberikan pandangan bijaksana kepada seseorang. Anak harus dibiasakan untuk belajar membedakan mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Bila anak sudah kecanduan pornografi dan ada kerusakan pada korteks prefrontalnya, maka pembelajaran mengenai baik dan buruk akan terganggu.

"Menonton pornografi akan memicu hormon dopamin yang berlebihan pada otak. Padahal kerja hormon di otak harus seimbang. Otak anak masih berkembang, masih mencoba berkaitan satu sama lain, sehingga memerlukan sistem hormon yang seimbang," tuturnya.

Menurut Diena, ada beberapa alasan mengapa anak mengakses pornografi. Antara lain merasa jenuh, kesepian, marah, stres, dan lelah. Hal-hal lain yang bisa memicu anak mengakses pornografi di internet adalah rasa ingin tahu, ajakan teman, dan iklan sembul (iklan pop up) yang muncul di internet.

Karena itu, Diena mengajak anak-anak untuk menjadi pribadi yang tangguh. Ia berharap generasi muda mampu menolak godaan, termasuk godaan pornografi di internet.

"Kalau ada yang mengajak, menjanjikan macam-macam, atau merayu, anak yang tangguh pasti bisa menolak," katanya.

photo
Anak bermain saat pandemi Covid-19 - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement