Jumat 14 Aug 2020 09:38 WIB

Kisah Cindarella RB Leipzig, Tim Paling Dibenci di Jerman

RB Leipzig akan berhadapan dengan PSG di semifinal Liga Champions.

Rep: Frederikus Bata/ Red: Israr Itah
Para pemain RB Leipzig merayakan gol pembuka ke gawang Atletico Madrid.
Foto: EPA-EFE/Lluis Gene/POOL
Para pemain RB Leipzig merayakan gol pembuka ke gawang Atletico Madrid.

REPUBLIKA.CO.ID, LISABON -- RB Leipzig membuat kejutan. Bak kisah Cindarella dalam sepak bola, tim yang berdiri pada Mei 2009 itu, lolos ke semifinal Liga Champions musim ini. 

Die Rotten Bullen (Si Banteng Merah) bisa sampai ke level ini lewat permainan atraktif. Skuat Leipzig banyak diisi pemain muda dengan pelatih Julian Nagelsmann yang baru berusia 33 tahun. 

Baca Juga

Pada babak delapan besar, wakil Jerman itu menyudahi perlawan Atletico Madrid. Tampil di Estadio Jose Alvalade, the Red Bulls unggul 2-1 atas Atletico. Hebatnya, RB Leipzig menang saat baru saja ditinggal penyerang terbaik mereka Timo Werner.

Terlepas dari prestasi mentereng saat ini, bukan rahasia lagi kalau Leipzig menjadi klub yang paling dibenci di Jerman. Mereka dinilai melanggar sejumlah aturan hingga bisa mentas di Bundesliga. Pada 2009, the Red Bull memperoleh hak bermain dari tim divisi lima SSV Markranstadt. Mereka segera mengubah nama, warna, dan lambang klub. 

Tujuh musim bergerilya, Leipzig akhirnya sampai di level teratas. Namun momen ini tidak mendapat respons positif seluruh negeri. Itu karena klub tersebut, dinilai melanggar aturan 50 plus satu. Aturan itu, menjamin suporter sebagai pemilik saham mayoritas klub di Jerman. 

Leipzig juga harus beradaptasi dengan ketentuan lainnya. Di Jerman, nama klub tidak boleh memakai identitas perusahaan. Leipzig sampai dua kali mengubah logo klubdi kostumnya. 

"Cukuplah untuk mengatakan klub tersebut membuat banyak masalah di Jerman," demikian laporan yang dikutip dari Fox Sports. 

Namun kurang tepat jika Die Rote Bullen benar-benar dianggap membeli kesuksesan. Klub tersebut justru menhasilkan dana besar, dari penjualan pemain. Salah satu contoh ketika Leipzig mendatangkan Timo Werner dari Stuttgart dengan mahar 14 juta euro. Kini Werner sudah dilepas ke Chelsea seharga 53 juta euro. 

Sebelumnya ada Naby Keita. Pada 2016 lalu, Leipizg mengeuarkan dana 29 juta euro guna membeli keita. Saat dilepas ke Liverpool, sang gelandang membuat the Red Bulls mengantongi uang sebesar 60 juta euro. 

Fakta di atas menunujukkan pengelolaan manajemen yang baik. Tak heran, saat mentas di lapangan, Leipzig menjadi kekuatan baru sepak bola Jerman. Pada semifinal Liga Champions, tim yang baru berumur 11 tahun ini bakal bertemu Paris Saint Germain. Duel tersebut berlangsung di Estadio da Luz, Lisabon, Rabu (19/8) dini hari WIB. 

Yang menarik, kedua tim sama-sama akan memburu sejarah, tampil pada partai final Liga Champions untuk kali pertama dalam sejarah. Jika RB Leipzig baru berusia 11 tahun, PSG genap setengah abad berdiri.

Satu lagi yang menarik dinanti adalah adu taktik kedua pelatih. Thomas Tuchel di PSG merupakan pelatih tim muda Augsburg yang ketika itu diperkuat Nagelsman belia. Selanjutnya, Tuchel mengangkat Nagelsmann sebagai asistennya, khusus menjadi pemandu bakat. Menarik dinanti pertarungan guru dan murid ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement