Kamis 13 Aug 2020 16:34 WIB

Jelang Kemerdekaan, Tokoh NU Serukan Persatuan

Tanpa persatuan dan kesatuan, kemerdekaan yang hakiki sulit untuk dimaknai.

Rep: Imas Damayanti/ Red: A.Syalaby Ichsan
Warga memilih pernak pernik hiasan hari kemerdekaan di Pasar Jatinegara, Jakarta, Senin (10/8/2020). Menjelang perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-75 Republik Indonesia, pedagang pernak pernik hiasan hari kemerdekaan mulai bermunculan di Pasar Jatinegara.
Foto: ANTARA/ASPRILLA DWI ADHA
Warga memilih pernak pernik hiasan hari kemerdekaan di Pasar Jatinegara, Jakarta, Senin (10/8/2020). Menjelang perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-75 Republik Indonesia, pedagang pernak pernik hiasan hari kemerdekaan mulai bermunculan di Pasar Jatinegara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menjelang peringatan kemerdekaan  ke-75 RI,  sejumlah tokoh menyerukan kesatuan dan persatuan di tengah kondisi bangsa yang dilanda berbagai kesulitan. Dengan menjaga persatuan, cita-cita kemerdekaan diharapkan mampu diwujudkan bersama.

Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Cholil Nafis menyerukan persatuan dan kesatuan kembali. Makna kemerdekaan sejatinya harus dapat melepaskan belenggu Indonesia dari hal-hal yang menghalangi. Tanpa persatuan dan kesatuan, kemerdekaan yang hakiki sulit untuk dimaknai lebih dalam.

“Kita harus berpihak pada kesatuan, persatuan, dan kerukunan. Jadi memaknai kemerdekaan itu tetap melanjutkan nilai-nilai kepahlawanan,” kata KH Cholil yang juga dikenal sebagai kiai NU saat dihubungi Republika, Kamis (13/8).

Kemerdekaan dimaknai terlepas dari belenggu yang melarang pada hak asasi. Baik hak asasi dalam beragama, hak asasi dalam membangun negeri, hingga hak asasi untuk mendapatkan pendidikan. Di dalam agama, merdeka itu merupakan tindakan di mana manusia dapat memperoleh hak-haknya secara baik.

Untuk itu di tengah kondisi yang serba sulit, persatuan dan kesatuan menjadi hal wajib yang perlu dilakukan. Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Marsudi Syuhud menjelaskan, persatuan dan kesatuan perlu dipererat kembali.

Sebab saat ini Indonesia memang tengah berada di dalam kondisi yang rumit. Saling berkonflik atau membenturkan kepentingan politik dengan hal-hal tertentu hanya akan membuat runyam kondisi bangsa dan menjauhkan persatuan.“Jika kita hanya ribut saja, buang-buang energi. Maka saya katakan, perlu bagi kita untuk eratkan kembali persatuan,” ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement