Kamis 13 Aug 2020 12:54 WIB

Tangkap Peluang Pandemi, UMKM Perlu Diversifikasi Produk

UMKM yang mendominasi lapangan usaha di Indonesia paling terdampak pandemi.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Sektor UMKM terdampak pandemi Covid-19
Foto: Tim Infografis Republika.co.id
Sektor UMKM terdampak pandemi Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) didorong cepat untuk melakukan diversifikasi produk demi merespons kebutuhan konsumen disaat pandemi. Respons pasar yang cepat bakal dengan mudah meningkatkan pendapatan UMKM sekaligus membantu pemulihan ekonomi.

Kepala Sub Direktorat Produk Agro, Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Kementerian Perdagangan, Mila Kamila Bishry, mengatakan, pemerintah sejauh ini telah memiliki sejumlah perjanjian perdagangan bebas dengan banyak negara.

Baca Juga

Namun, perjanjian tersebut tak akan mendatangkan banyak manfaat jika tidak dioptimalkan oleh pelaku usaha. Karena itu, kata Mila, pemanfaatan perjanjian dagang mesti diambil pelaku usaha dengan upaya diversifikasi produk yang saat ini mengalami lonjakan permintaan.

"Misalnya seperti makanan olahan pasti sekarang orang lebih selektif memilih makanan. Lalu UMKM tekstil, bisa mengubah produksinya ke masker yang sekarang sangat dibutuhkan," kata Mila dalam Webinar Center for Indonesia Policy Studies, Kamis (13/8).

Lebih lanjut, Mila mengatakan, diversifikasi produk yang perlu ditangkap bukan hanya untuk pasar dalam negeri. Namun, juga pasar ekspor, dimana dalam konteks pandemi, permintaan produk yang berhubungan dengan kesehatan relatif sama.

"Ini menjadi tantangan perdagangan global. UMKM harus inovasi produk dalam rangka peningkatan perdagangan. Kita harus fokus pada permintaan global," kata Mila.

Menurut dia, dorongan terhadap UMKM untuk terus memanfaatkan peluang pasar harus dilakukan pemerintah terus menerus. Pasalnya, sektor UMKM yang mendominasi lapangan usaha di Indonesia menjadi yang paling terdampak selama pandemi Covid-19 dalam setengah tahun terakhir.

Di satu sisi, Indonesia diambang ancaman resesi ekonomi. Itu terlihat dari pertumbuhan dua kuartal terakhir yang terus menurun. Kuartal I 2020 hanya mampu tumbuh 2,97 persen sedangkan kuartal II terkontraksi ke level minus 5,32 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement