Kamis 13 Aug 2020 06:03 WIB

Kematian Seorang Sahabat Membuat Eileen Menjadi Mualaf

Eileen menjadi mualaf setelah sahabatnya meninggal

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Muhammad Hafil
Kematian Seorang Sahabat Membuat Eileen Menjadi Mualaf. Foto: Mualaf tengah berdoa (ilustrasi)
Foto: onislam.net
Kematian Seorang Sahabat Membuat Eileen Menjadi Mualaf. Foto: Mualaf tengah berdoa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- "Saya adalah seorang yang belum pernah mengenal agama dan tidak pernah membaca apapun tentang buku agama begitu juga buku agama Islam seperti Alquran, Hadist  Bukhari, Muslim maupun Tardmizi. Sehingga cara membacanya pun saya tidak tahu," ujar Eileen Lahi dalam video pribadi yang diunggahnya beberapa waktu lalu.

Eileen tidak mengenal satu pun muslim Estonia yang bisa mengajarkannya. Dia pun terpaksa mencari di google meski khawatir yang di dapatkannya tak sesuai dengan ajaran Islam. Namun pada akhirnya dia menemukan satu Alquran berbahasa Inggris.

Baca Juga

Kemudian dia membacanya dan memberikan catatan di setiap terjemahan yang dia tidak sukai. Tak terasa, dia pun telah menamatkan sekolahnya.

Eileen memilih untuk beristirahat sejenak dari rutinitas sekolah, selama satu tahun dia belum memutuskan untuk melanjutkan kuliah. Konflik batin untuk mencari kebenaran dalam hidupnya masih memenuhi pikirannya.

Selama satu tahun tersebut, dia kembali mempelajari agama secara perlahan. Namun dia mencarinya seorang diri tanpa memberitahu orang tua atau teman terdekatnya.

"Akhirnya saya berada di satu posisi yang meyakini keberadaan Tuhan dan menyukai agama, Tuhan itu ternyata baik. Seharusnya dengan menjadi baik itu sudah cukup untuk hidup saya, tidak perlu melabeli diri dengan agama tertentu," tutur dia.

Namun saat itu Eileen merasa baik saja tidak cukup, sebagai manusia dia perlu melakukan satu hal namun tidak mengerti apa yang harus dilakukannya. Ketika itu dia mulai mempelajari Islam meski dia belum mengaku sebagai muslim atau percaya dengan Islam.

Dia kemudian kembali mempelajari agama lain dan membandingkannya, ternyata hanya Islam yang masuk akal baginya. Namun dia tetap menolak untuk memeluk Islam karena merasa takut.

"Seseorang pernah mengatakan kepada saya jika pada akhirnya terbukti Allah tidak ada, saya tidak akan kehilangan apapun meski saya sudah mengakuinya dan menjadi orang yang baik,"jelas dia.

Mendalami Islam

Satu ketika Eileen menemukan pusat studi Islam di Estonia akan membuka kelas agama dan bahasa Arab secara gratis. Dia pun tidak ragu untuk mencari tempat tersebut dan mendaftarkan diri sebagai murid.

Awalnya dia hanya mendaftar kelas bahasa Arab karena dia ingin memiliki kemampuan untuk membaca ajaran Islam yang menggunakan bahasa Arab. Dia mendapatkan guru yang juga seorang mualaf yang memiliki kualifikasi untuk mengajar bahasa dan agama. Dia berasal dari Prancis.

Eilenn mulai belajar bersama 20 wanita Estonia yang memiliki cara pandang mirip dengannya. Mencari kebenaran dan tujuan dalam hidupnya.

Meski dia hanya mendaftar bahasa Arab, namun gurunya secara langsung mendaftarkannya juga ke kelas agama. Teman belajarnya tak hanya seusianya, ada dari mereka yang berumur 50 tahun. Hari pertama belajar mereka kompak mengajukan pertanyaan yang sama yang selama ini juga ada dalam pikirinnya.

Eileen merasa sangat antusias terhadap pengajaran agama. Namun berbeda dengan teman sekelas lain, dia tidak pernah ikut serta dalam praktik penggunaan bahasa Arab seperti sholat.

Kursus singkat itu dimulai pada Desember 2010 hingga pada April 2011 peristiwa yang merubah hidupnya terjadi. Setelah belajar, ketika mengisi kekosongan waktu dia bermain game online dan memiliki teman di dunia maya, Matthew namanya berasal dari Wales.

Setelah lama mereka mengobrol di dunia maya, tiba-tiba beberapa waktu dia tidak pernah menghubungi. Dia pun mencoba mencari tahu melalui akun facebooknya.

Namun setelah membaca di dinding facebook milik temannya dia menemukan banyak ucapan belasungkawa. Dia syok dan mencari tahu, bertanya-tanya kemudian berkomentar di akun facebook Matthew.

Dengan agak marah, dia menulis untuk tidak bercanda dengan ungkapan belasungkawa tersebut. Setelah itu, entah kenapa, yang dia ingat hanya dia harus mendoakan Matthew, dia mulai mencari buku catatan tentang cara sholat.

Dia melihat catatan tersebut dan dia hampir putus asa karena tidak mengerti. Absennya dia dari praktek sholat saat kursus singkat sempat menjadi penyesalannya.

Saat itu dia mengenakan cat kuku dan dia mengetahui hal itu dilarang karena air wudhu tidak bisa membasuh tangannya dengan sempurna. Dia pun mencari cara di internet cara membersihkan kuku, berwudhu dan shalat.

"Aku sampai merobek setiap lembar buku dan menempatkannya di sekelilingku, setiap gerakan dan bacaan saya pelajari benar. Ini shalat pertama dan terlama saya, selama 25 menit,"jelas dia.

Usai sholat, hari itu 10 April 2011, dia ingat betul karena hari itu bertepatan dengan ulang tahun mamanya, dia mendapat jawaban dari ayah Matthew, dia benar telah meninggal dunia. Dia telah lama mengidap penyakit mematikan, dan divonis meninggal di usia muda.

Tidak menunggu lama dia langsung memesan tiket ke Wales di tengah malam untuk membuktikan bahwa temannya memang benar-benar telah tiada. Pukul 02.00 pagi dia sampai di Wales, saat itu dia bersyukur, dia mendapatkan izin dari ibunya untuk pergi.

Dia datang tanpa persiapan apapun, dia belum pernah mengenal Matthew yang kini telah meninggal, begitu juga orang tuanya dan kini dia dijemput oleh orang yang tidak dikenal di bandara.

Akhirnya dia sampai di rumah Matthew, meski baru pertama bertemu dia disambut dengan hangat. Sekitar 300 orang menatap Eileen, seolah mereka mengenalnya sejak lama.

"Aku seperti selebriti saat itu, karena semua orang yang ada disana menyapaku sekaan telah mengenal lama,"jelas dia.

Matthew merupakan seorang kristiani, Dia menemani kedua orang tuanya hingga ke pemakaman. Eileen tidak pernah menangis sepanjang hidupnya, baru ketika mendengar temannya wafat, dia terisak.

Sejak saat itu Eileen pun tidak pernah berhenti sholat. Setelah pemakaman usai, dia kembali ke Estonia dan kembali belajar di pusat studi Islam.

Seluruh teman dan gurunya mendengar kisah Eileen dan merasa terharu. Gurunya pun menyarankan dia untuk segera bersyahadat, Eileen pun berniat untuk bersyahadat tetapi tidak hari itu, dia mengenal Islam pertama kali di Mesir dan dia ingin bersyahadat dan mengakui Islam pertama kali di tempat yang sama.

Namun gurunya mengingatkan, agar tidak harus menunggu lama untuk bersyahadat karena usia tidak ada yang mengetahui. Entah apakah keesokan harinya Eileen masih bernafas atau justru apa yang terjadi pada teman Walesnya akan terjadi juga pada dirinya.

Hari itu 14 Mei 2011 dia bersama 12 teman wanita dan seorang pria bersyahadat bersama. Dari satu juta penduduk Estonia ketika itu, dia menjadi salah satu yang telah menjadi muslim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement