Rabu 12 Aug 2020 21:53 WIB

UNHCR Investigasi Kaburnya Pengungsi Rohingya di Lhokseumawe

UNHCR sudah berkoordinasi dengan kepolisian dalam meningkatkan upaya pencarian.

Pengungsi Rohingya (ilustrasi)
Foto: Wong May E/AP Photo
Pengungsi Rohingya (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Lembaga PPB untuk pengungsian United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) menginvestigasi kaburnya imigran Myanmar etnis Rohingya yang selama ini ditampung di BLK Kota Lhokseumawe, Aceh. Kepala Perwakilan UNHCR di Indonesia Ann Maymann di Lhokseumawe, Rabu (12/8) mengaku kaget menerima informasi kaburnya pengungsi Rohingya bernama Tasfiah bin Salamatullah (17).

"UNHCR akan terus melakukan penyelidikan dan investigasi dengan beberapa instansi terkait menyangkut kaburnya Tasfiah bin Salamatullah," kata Ann Maymann.

Baca Juga

Ann Maymann menyebutkan UNHCR sudah berkoordinasi dengan kepolisian dalam meningkatkan upaya pencarian dan investigasi seperti layaknya pencarian orang hilang. Kami belum mengetahui motif atau alasan kaburnya gadis remaja tersebut. Kami masih mendalami apakah pengungsi Rohingya itu kabur karena sukarela atau dipaksa seseorang," kata Ann Maymann.

Ann Maymann mengatakan pihaknya juga telah menghubungi keluarga Tasfiah bin Salamatullah di Malaysia dan Bangladesh untuk mencari informasi apakah keluarganya mengetahui keberadaan wanita muda tersebut. "Kami juga sudah berkomunikasi dengan bibinya yang berada di BLK Lhokseumawe. Namun tidak ada seorang pun mengetahui keberadaan Tasfiah. Kami juga khawatir terjadi sesuatu tidak diinginkan menimpa Tasfiah," kata Ann Maymann.

Terkait nasib pengungsi Rohingya, Ann Maymann mengatakan saat ini tidaklah mungkin mereka dipulangkan ke negaranya, mengingat konflik di Myanmar. "Kemungkinan mereka akan tinggal dalam waktu yang cukup lama di sini. Tidak aman jika para imigran tersebut dipulangkan ke negaranya," kata Ann Maymann.

Ann Maymann mengatakan pihaknya berupaya memberikan pelatihan-pelatihan pengembangan ekonomi atau keahlian dan juga pelatihan bahasa Indonesia kepada mereka. "Dengan pelatihan tersebut diharapkan mereka bisa mandiri. Kami juga berterima kasih kepada Pemerintah Indonesia, khususnya Aceh, yang menerima mereka," kata Ann Maymann.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement