Rabu 12 Aug 2020 22:59 WIB

'Tak Apa Naik Asal Masih Terjangkau'

Selama ini yang dirasakan enak pakainya, tidak ada biaya tambahan.

REPUBLIKA.CO.ID, HULU SUNGAI TENGAH  -- Sempat mandeg cuci darah karena prosedur program jaminan terdahulu yang berbelit dan rumit, kini pria yang akrab disapa Zaki ini bisa bernafas lega. Ia mantap cuci darah dengan program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). 

Zaki teringat saat 2006 silam, dirinya divonis dokter mengidap gagal ginjal yang mengharuskan tiap pekan melakukan hemodialisa. Mengingat cuci darah yang saat itu biayanya sudah mencapai Rp600-900 ribu sekali cuci, ia mencari keringanan dengan program pemerintah namun berujung kekecewaan. 

Saat ditemui bersama sang istri beberapa waktu lalu di Kantor BPJS Kesehatan Cabang Barabai, Kalimantan Selatan, ia mengisahkan, kekecewaan muncul karena KTP yang ia miliki diluar dari tempatnya tinggal. Sehingga membuatnya harus bolak balik demi mendapatkan surat keterangan tidak mampu. 

“Sempat wira-wiri Banjarbaru-Barabai untuk dapat surat keterangan, tapi alhamdulillah sekarang sudah ada JKN-KIS, biayanya terjangkau, mudah sekali,” tutur Mazdiani sang istri, dalam rilis BPJS Kesehatan yang diterima pers, kemarin. 

 

Mazdiani mengatakan, dirinya dan keluarga sudah mendaftar jadi peserta JKN-KIS sejak tiga tahun yang lalu atas rekomendasi seorang dokter praktek perorangan. Setelah itu barulah ia mendaftar hingga saat ini dan tak pernah lagi ada kendala untuk cuci darah.

“Selama ini yang dirasakan enak pakainya, tidak ada biaya tambahan, rasanya dipermudah dan terbantu sekali daripada program yang terdahulu, ujung-ujungnya bayar sendiri,” ucap warga Banua Budi Barabai tersebut.

Ia merasa terbantu sekali dengan program JKN-KIS lantaran cuci darah yang dilakukan tak pernah absen dua kali sepekan. Sempat berhenti selama kurang lebih empat tahun karena tak sanggup baik pengurusan surat maupun biaya yang ada, kondisi kesehatan Zaki berujung menurun . 

Sekitar tahun 2016 lalu sempat Zaki merasakan koma selama 3 hari yang kemudian disarankan untuk mendaftar program JKN-KIS.  “Selagi kami bisa dan masih sehat, mending bayar iuran JKN-KIS saja daripada sakit,” tutur Maziani.

Zaki juga mengungkapkan iuran JKN-KIS yang berlaku dirasa masih bisa dijangkau. “Tidak apa iurannya naik asalkan masih terjangkau, seperti saya saat ini di kelas 3,” tambahnya.  

Ditanya bagaimana kualitas program kesehatan nasional ini, Zaki menganggap program JKN-KIS berjalan sudah cukup baik baginya. “Alhamdulillah, sudah dipermudah dan tetap bersyukur saja, JKN-KIS seperti saat kami rasakan sekali manfaatnya,” kata Zaki. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement