Selasa 11 Aug 2020 05:41 WIB

Jendela Budaya Jenderal Doni

Doni Monardo undang Aa Gym, Ustaz Das’ad Latief, Mamah Dedeh, dan Pendeta Gilbert.

Kepala BNPB Letjen Doni Monardo bersama Abdullah Gimnastiar atau Aa Gym,
Foto: Republika/Selamat Ginting
Kepala BNPB Letjen Doni Monardo bersama Abdullah Gimnastiar atau Aa Gym,

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Selamat Ginting/Wartawan Senior Republika

Tirai gulung ditarik. Dari balik kaca jendela lantai 10 gedung kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), terlihat pemandangan Ibu Kota Negara. Mulai gedung perkantoran hingga perumahan penduduk. Termasuk aktivitas masyarakat dari latar belakang budaya yang berbeda-beda.

Aktivitas lintas budaya membuat seseorang mesti memahami komunikasi lintas budaya. Ada perilaku komunikasi masyarakat berdasarkan budaya tertentu. Budaya-budaya yang berbeda memiliki sistem-sistem nilai dan norma yang berbeda pula. Di sinilah diperlukan komunikasi lintas budaya untuk menyampaikan pesan.

Termasuk pesan dalam penanganan penyakit Coronavirus atau Covid-19, utamanya mengenai perubahan perilaku masyarakat. “Kami akan memprioritaskan perubahan perilaku masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan, melalui program sosialisasi, dan komunikasi yang lebih efektif,” ujar Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Letjen TNI Doni Monardo.

Pada akhir Juli hingga awal Agustus 2020 lalu, ia pun mengundang sejumlah pendakwah agama yang cukup tenar di sejumlah televisi. Doni mengundang mereka ke kantornya, gedung BNPB di Jalan Pramuka, Jakarta Timur. Antara lain Abdullah Gimnastiar atau dikenal dengan sebutan Aa Gym, Muhammad Nur Maulana, Das’ad Latief, Dedeh Rosidah Sujai alias Mamah Dedeh, serta Pendeta Gilbert Lumoindong.

Doni mengakui satgas akan meningkatkan kolaborasi pentahelix berbasis komunitas dengan menitikberatkan kepada peran tokoh-tokoh daerah, termasuk tokoh agama, tokoh masyarakat dan melibatkan antropolog, sosiolog, psikolog, dan komunikolog. Perubahan perilaku masyarakat melalui program sosialisasi dan komunikasi yang lebih efektif, diprioritaskan di delapan provinsi yang jumlah kasus positifnya cukup tinggi.

Kedelapan provinsi tersebut adalah; DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra Utara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, dan Papua. Alasannya, lanjut Doni, pemerintah belajar dari pengalaman sejarah di masa lalu. Pada periode Maret 1918 sampai September 1919, terjadi wabah Flu Spanyol di Pulau Jawa.

Catatan dari Universitas Michigan, korban jiwa untuk masyarakat pada pemerintahan Hindia Belanda sampai empat juta jiwa. “Saat itu, untuk mencegah terjadinya perluasan penularan pandemi flu Spanyol, Pemerintah Hindia Belanda melakukan terobosan. Mengubah perilaku masyarakat lewat pendekatan budaya, yakni memberikan penjelasan kepada masyarakat melalui budaya wayang di Pulau Jawa.”

Berdasarkan pengalaman tersebut, Satgas Penanganan Covid-19 merumuskan strategi komunikasi dan sosialisasi yang lebih efektif yang arahnya sampai tingkat desa. Sehingga diharapkan tingkat kepatuhan masyarakat akan jadi lebih baik. Para pendakwah atau penceramah agama yang memiliki banyak penggemar diharapkan bisa ikut menyosialisasikan penanganan Covid-19.

Bukan konspirasi

Abdullah Gymnastiar mengungkapkan, data Covid-19 yang dilihatnya di pusat pengendalian informasi Satgas Penanganan Covid-19, di gedung BNPB Jakarta adalah nyata. Bukan hasil konspirasi atau rekayasa.

Hal itu diungkapkan Abdullah Gymnastiar atau akrab dipanggil Aa Gym baru-baru ini ketika ia diundang oleh Ketua Satgas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo untuk mengunjungi sekaligus melihat langsung ruang pusat data. Ia mengaku bersyukur diundang dan dapat menyaksikan secara langsung informasi mengenai Covid-19 di Indonesia.

“Alhamdulillah Aa diundang Pak Doni (Monardo) bisa bersilaturahim di BNPB. Insya Allah semoga informasi ini bermanfaat. Inilah data yang nyata, dan sangat serius. Bukan konspirasi, bukan pula rekayasa,” kata Aa Gym.

Ia berharap agar masyarakat dapat menyikapi pandemi dengan serius dan bijaksana. Aa Gym berpesan agar umat Islam mampu menjaga diri dari kebinasaan. Apa pun yang mengundang kemudaratan lebih diutamakakan dan diperhatikan daripada yang mendatangkan kemanfaatan.

“Bencana ini nyata. Siapa pun yang menganggap remeh, rekayasa, atau konspirasi adalah membodohi diri dan artinya menzalimi diri dan orang lain,” katanya.

Masyarakat, lanjutnya, mesti menyadari bahwa Allah sedang menguji dengan pandemi ini. “Allah sangat menyukai orang yang sungguh-sungguh dan akan menunjukkan tuntunan-Nya lebih banyak lagi untuk kita. Wabah ini tanggung jawab kita bersama, untuk kita sikapi dengan benar. Mudah-mudahan ada hikmahnya,” pungkas Aa Gym.

Ustaz Das'ad Latif sempat melakukan isolasi diri setelah melakukan kontak dengan pasien positif Covid-19. Ia mengaku terkejut ketika Doni Monardo menyampaikan keinginannya ‘mengkloning’ dirinya untuk mencetak para pendakwah agar patuh pada protokol kesehatan.

“Sesuatu yang tidak pernah saya pikirkan. Ide Pak Jenderal (Doni Monardo) sangat mulia. Ingin membuat ustaz-ustaz yang sama dalam menyiarkan dakwah tentang penanganan Covid-19. Mari para pendakwah dari Sabang sampai Merauke ambil bagian dalam kebaikan. Pandemi ini harus kita hadapi bersama. Lebih baik mengantisipasi, menghindari, dan mencegah. Kita patuhi anjuran, jaga jarak, jaga kesehatan dan kebersihan,” ujar doktor ilmu komunikasi dan doktor bidang syariah ini.

Mamah Dedeh juga mengajak masyarakat, khususnya ibu-ibu untuk bisa  menjaga diri, mengikuti ptotokol kesehatan, menjaga jarak, menjaga kebersihan diri, menggunakan masker, dan makanan mesti bersih dan bergizi.

Ia mengakui, usia manula (manusia lanjut usia) seperti dirinya, paling rawan terpapar.  Untuk itu, Mamah Dedeh menganjurkan agar kaum ibu senantiasa mengikuti ptotokol kesehatan dan memberikan contoh kepada lingkungan. “Harus dimulai dari diri sendiri. Menjaga lebih mudah daripada mengobati. Mangga tong hilap,” ujarnya mengingatkan.

Ustaz Muhammad Nur Maulana menyatakan, persebaran Covid-19 masih terus berlangsung. Terutama jika masyarakat tidak disiplin menggunakan masker, cuci tangan menggunakan sabun, dan jaga jarak. Bahkan menjaga jarak di tengah pandemi sudah menjadi anjuran dalam agama Islam. Dengan demikian, menjadi bagi setiap umat untuk melaksanakan anjuran tersebut.

"Dalam satu hadist disebutkan jika ada wabah engkau (menjaga jarak) satu tombak. Jadi memang sudah dianjurkan dari agama kita. Untuk itu, ayo kita saling membantu, kita saling menjaga. Barangsiapa yang menyelamatkan satu nyawa bagaikan dia menyelamatkan satu manusia, semua manusia di dunia ini,” ungkap Ustaz Maulana.

Ia berpesan kepada masyarakat untuk menghadapi adaptasi kebiasaan baru dengan tetap menjaga kesehatan, pakai masker, cuci tangan, dan jaga jarak. "Tetap jaga kesehatan. Ingat, new normal bukan berarti Covid sudah tidak ada, tetapi kita berada bersama dengan Covid. Bagaimana kita bisa menjaga kesehatan? Ingat pakai masker, cuci tangan, dan jaga jarak," ucapnya.

Disiplin

Pendeta Gilbert Lumoindong juga mengajak umat berdisiplin dalam menghadapi berbagai bencana, termasuk Covid-19. Salah satu disiplin yang dimaksud mematuhi protokol kesehatan yang sudah dicanangkan pemerintah.

“Oleh anugerah Tuhan saya diajak Pak Doni Monardo untuk melihat bahwa bencana bukan hanya Covid tapi juga bencana alam. Indonesia memang keren, Indonesia diberkati, tetapi pada saat yang sama Indonesia berpotensi menghadapi banyak bencana alam,” kata Gilbert.

Menurutnya, ada yang bisa dilakukan dengan adanya bencana, yakni disiplin. Pertama, disiplin takut akan Tuhan, karena dengan berdoa dan beribadah kepada Tuhan, akan banyak hal baik terjadi. Kedua, dispilin saling mengasihi. Harus saling menguatkan satu sama lain.

Ketiga disiplin mengikuti protokol kesehatan. Keempat disiplin mengatur alam. Jangan menjarah alam ini dengan rakus. Kelima berdisiplin dalam kehidupan keseharian. Jangan hidup bermalas-malasan.

Doni Monardo menyatakan, bencana tidak mengenal hari libur. Karena itu, orang yang bertugas di bidang kebencanaan adalah orang-orang yang harus rela waktu tenaga maupun pikirannya untuk kepentingan masyarakat.

Begitulah komunikasi lintas budaya yang dilakukan Doni Monardo. Mengajak sejumlah tokoh yang dekat dengan masyarakat untuk turut menjadi bagian dari kampanye penanganan Covid-19. Ia memahami ada latar belakang budaya, sehingga perlu ada relasi dan komunikasi di antara mereka. Ada kelompok suku bangsa yang berbeda, kelompok agama yang berbeda, subkultur yang berbeda, jenis kelamin, serta usia yang berbeda. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement